Page 141 - Pengantar Hukum Tata Negara
P. 141

130   Dian Aries Mujiburohman


            Wakil Presiden sampai habis masa jabatannya. Pada  amandemen
            ketiga ini hanya menambahkan kata “diberhentikan”, ketentuan ini
            berkaitan  dengan  kasus  berhentinya  Abdurahman  Wahid sebagai
            Presiden, yang oleh para pakar menjadi bahan perdebatan, karena
            waktu  pemberhentian  Abdurahman   Wahid kata  “diberhentikan”
            tidak  tercantum  dalam  Pasal 8 tersebut. Menurut  Harun  Alrasid
            “berhenti” tidak diintrepretasikan sebagai “diberhentikan”. Berhenti

            mengandung konotasi atas  kemauan  sendiri, bukan  di paksakan,
            sedangkan  di diberhentikan  mengandung konotasi atas  kemauan
            orang lain  atau  pihak  lain. 229  Menurut  Jimly  Asshiddiqie  dalam
            rumusan Pasal 8 yang asli, perkataan ‘berhenti’ dan ‘diberhentikan’
            tidak ada perbedaan, kata ‘berhenti’ mencakup tiga pengertian yaitu:
            1) berhenti karena  mengundurkan  diri secara  sepihak; 2) berhenti
            dengan mengajukan permintaan atau permohonan berhenti, dan 3)

                                        230
            berhenti karena diberhentikan.
                Pengaturan  pemberhentian  presiden  yang tidak  terperinci,
            bagaimana  mekanisme  dan  apa  alasan-alasan  pemberhentiannya,
            menyebabkan  multitafsir  dalam  menjabarkan  Pasal 8 UUD 1945,
            pengaturan pemberhentian Presiden seharusnya dijabarkan secara jelas
            dan tegas dalam UUD 1945 sebagai norma dasar tertinggi dalam suatu

            negara  yang harus  ditaati dan  dilaksanakan. Sebagai negara  hukum,
            seyogyanya menjujung tinggi landasan konstitusi dalam menjalankan
            ketatanegaraanya, termasuk  proses  pemilihan, pengantian, dan
            pemberhentian presiden harus diatur dan dilindungi UUD 1945.

                Perubahan   ketiga  UUD    1945   telah  merubah   sistem
            ketatanegaraan  Indonesia  secara  mendasar, terutama  yang terkait
            dengan pengangkatan dan pemberhentian Presiden, yaitu: pertama,
            tidak lagi menepatkan MPR sebagai lembaga tertinggi negara yang


            229  Alrasid, Harun, Pengisian Jabatan Presiden, Op.cit. hlm. 97.
            230  Jimly Assiddiqie, Konsolidasi Naskah UUD 1945, setelah perubahan ke
                empat, Op.cit. hlm.19.
   136   137   138   139   140   141   142   143   144   145   146