Page 138 - Pengantar Hukum Tata Negara
P. 138

Pengantar Hukum Tata Negara  127


                  Indonesia  No. XXXIII/MPRS/1967, dengan  alasan  telah  tidak
                  dapat menjalankan Haluan Negara.
              2)  Presiden  Abdurahman   Wahid (Gusdur) diberhentikan   dari
                  jabatannya melalui Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
                  Republik  Indonesia  (MPR-RI) Nomor  II/MPR/2001 karena  di
                  anggap telah melanggar Undang-Undang Dasar dan Garis-Garis
                  Besar Haluan Negara.



                  Berbeda dengan Presiden Soeharto juga berhenti di tengah masa
              jabatannya tetapi bukan diberhentikan, melainkan mengundurkan
              diri sama  halnya  dengan  kasusnya  Presiden  Richard W. Nixon  di
              amerika.

                  Pergantian kekuasaan pertama dari Soekarno kepada Soeharto,
              didasarkan  pada  alasan  ‘tidak  dapat  melakukan  kewajibannya’
              oleh  MPR melalui ketetapanya  No. XXXIII/MPRS/1967. 222  Namun
              penerapan Pasal 8 UUD 1945 tidak dilaksanakan secara konsekuen
              mengingat  jabatan  Presiden  diserahkan  bukan  kepada  Wakil
              Presiden, melainkan kepada pengemban surat 11 maret 1966 yang juga
              Menteri/Panglima Angkatan Darat dalam Kabinet Ampera, Jendral
              TNI Soeharto.  Pertimbangan bahwa Presiden Soekarno ‘tidak dapat
                          223
              melakukan kewajibannya’ didasarkan pada pertimbangan, pertama,
              bahwa  pidato  tanggal 22 maret  1967 yang berjudul “Nawaksara”
              dan Surat Presiden No. 01/Pres/1967 tentang pelengkap Nawaksara
              tidak memenuhi harapan rakyat pada umumnya, kedua, presiden/
              mandataris  MPRS telah  menyerahkan   kekuasaan  pemerintahan



              222  Suwoto  Mulyosudarmo, Peralihan Kekuasaan: Kajian Teoritis dan
                  Yuridis terhadap Pidato Nawaksara, (Jakarta: Gramedia, 1997), hlm. 12.
              223  Berdasarkan Pasal 4 Ketetapan MPRS No. XXXIII/MPRS.1967, Jendral
                  Soeharto  ditetapkan  sebagai Presiden  Republik  Indonesia. Namum
                  Soeharto  sendiri lebih  memilih  sebagai pejabat  presiden  Republik
                  Indonesia  dibandingkan  diangkat  langsung sebagai presiden  secara
                  defenitif/penuh. Lihat  Soeharto: Pemikiran, ucapan, dan tindakan
                  saya. (Jakarta: Citra Lamtoro Gung Perkasa, 1989), hlm. 226.
   133   134   135   136   137   138   139   140   141   142   143