Page 41 - Pengantar Hukum Tata Negara
P. 41

30    Dian Aries Mujiburohman


            sebagai undang-uundang dasar   dan  tidak  mengunakan  nomor
            putusan majelis. Kedua, ketetapan, yang berisi hal-hal yang bersifat
            penetapan (beschikking) dan mempuyai kekuatan hukum mengikat
            ke  dalam  dan  keluar  Majelis  serta  mengunakan  nomor  putusan
            majelis. Ketiga, keputusan, yang berisi aturan atau ketentuan intern
            Majelis dan mempuyai kekuatan hukum mengikat kedalam Majelis,
            serta mengunakan nomor putusan majelis.

                Jenis materi Ketetapan MPRS dan ketetapan MPR dapat bersifat
            penetapan, bersifat mengatur kedalam, bersifat mengatur sekaligus
            memberi tugas   kepada  presiden, bersifat  perundang-undangan
            seperti:

            1)  Ketetapan  Majelis  Permusyaratan  Rakyat   yang  bersifat
                penetapan  (beschikking), misalnya, Ketetapan  MPR RI Nomor
                III/MPR/2001 tentang Penetapan  Wakil Presiden  Megawati
                Soekarno Putri sebagai Presiden Indonesia
            2)  Ketetapan Majelis Permusyaratan Rakyat yang bersifat bersifat
                mengatur  kedalam, misalnya, Ketetapan  MPR RI Nomor   I/

                MPR/1978 tentang Peraturan Tata Tertib MPR
            3)  Ketetapan Majelis Permusyaratan Rakyat yang bersifat bersifat
                bersifat  mengatur  sekaligus  memberi tugas  kepada  presiden,
                misalnya, Ketetapan  MPR RI Nomor    IX/MPR/2001 tentang
                Pembaharuan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam
            4)  Ketetapan Majelis Permusyaratan Rakyat yang bersifat bersifat
                perundang-undangan, misalnya, Ketetapan MPR RI Nomor VII/

                MPR/2000 tentang Peran Tentara Nasional dan Peran Kepolisian
                Negara Republik Indonesia


                Ketetapan MPR adalah bentuk peraturan perundang-undangan
            yang tidak disebutkan dalam UUD, melainkan sesuatu yang tumbuh
            dalam  praktek  ketatanegaraan  yang diikuti secara  terus  menerus
            sejak  tahun  1960, sehingga  menjadi suatu  kebiasaan  (kovensi)
   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46