Page 49 - Pengantar Hukum Tata Negara
P. 49

38    Dian Aries Mujiburohman


            ketentuan-ketentuan mengenai bagaimana seharusnya (sebaliknya)
            discretionary powers dilaksanakan. 49
                Menurut   Ismail  Sunny   menyebutkan    bahwa   konvensi
            ketatanegaraan  dapat  diartikan  sebagai perbuatan  ketatanegaraan

            yang dilakukan berulang sehingga dapat diterima dan ditaati dalam
            praktek ketatanegaraan suatu negara, walaupun perbuatan tersebut
                         50
            bukan hukum.  Apa yang mendorong ketaatan terhadap konvensi?
            Dicey mengutarakan dua faktor yang biasanya dipergunakan sebagai
            dasar ketaatan pada konvensi, yaitu: (a) the fear of impeachman; dan
            (b) the force of public opinion. 51

                Menurut  J.H.P. Bellefroid, hukum  kebiasaan  disebut  juga
            kebiasaan  saja. Syarat-syarat  untuk  timbulnnya  suatu  kebiasaan,
            yaitu: (a) adanya perbuatan tertentu yang dilakukan berulang-ulang
            (tetap) dalam lingkungan masyarakat tertentu; (b) adanya keyakinan
            hukum  dari masyarakat; (c) adanya  akibat  hukum  jika  perbuatan
            tersebut dilanggar.

                Menurut  Wheare  menyatakan   banhwa, konvensi terbentuk
            dengan  dua  cara.  Pertama,  suatu  praktek  tertentu  berjalan  untuk
            jangka  waktu  yang lama. Mula-mula  bersifat  persuasif, kemudian
            diterima sebagai suatu hal yang wajib. Konvensi yang terjadi dengan
            cara  ini tergolong sebagai kebiasaan  (custom). Kedua,  konvensi

            terjadi karena  kesepakatan  dianatara  rakyat, dan  bentuknya
            kesepakatan  konvensi di munkinkan  dalam  bentuk  tertulis, tanpa
            dikaitkan  dengan  waktu  tertentu  seperti konvensi yang tumbuh
            melalui kebiasaan. Kesepakatan  semacam  ini dapat  dibuat  antara
            pimpinan-pimpinan partai. 52


            49  Ibid, hlm 28.
            50  Ismail Sunny, Pengeseran Kekuasaan Eksekutif,  (Jakarta:Aksara  baru,
                1986), hlm 31-46.
            51   Ibid.
            52  Bagir Manan, Konvensi, Op.Cit, hlm. 28.
   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54