Page 108 - Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang
P. 108
mendasar, dimana bagi orang Bugis keadilan dipandang sebagai masalah
ditegakkannya fair play ( Pelras, 2006).
4.1.2 Norma Yang Dianut
Wujud kebudayaan yang selain mencakup pengertian sistem norma
dan aturan-aturan adat, serta tata-tertib, juga mengandung unsur-unsur
yang meliputi seluruh kegiatan hidup manusia dalam bertingkah-laku
dan mengatur prasarana kehidupan (berupa peralatan materiil dan
non materill) orang Bugis, disebut panngaderreng ( Mattulada, 1985).
12
Konsep panngaderreng (adat istiadat) merupakan serangkaian norma yang
berkaitan satu sama lainnya, yang terdiri dari ade’ (adat), bicara (norma
hukum), rapang (norma keteladanan dalam kehidupan bermasyarakat),
wari’ (norma yang mengatur stratifikasi masyarakat) dan sara’ (syariat
Islam). Panngaderreng selain meliputi aspek-aspek dalam sistem norma
dan aturan-aturan adat, sebagai hal-hal ideal yang mengandung nilai-nilai
normatif. Juga meliputi berbagai hal dimana seseorang dalam tingkah-
lakunya, serta dalam memperlakukan dirinya di dalam kegiatan sosial,
bukan saja merasa “harus” melakukannya, bahkan lebih jauh dari itu,
karena terdapat semacam “larutan perasaan” bahwa ia adalah bagian
integral dari panggaderreng.
Berbagai unsur tersebut selanjutnya melebur ke dalam mentalitas
orang Bugis yang dinamis dan didominasi oleh empat sifat utama ( sulapa’
eppa’) yang harus dimiliki setiap pemimpin. Menurut Pelras (2006), selain
berasal dari keturunan yang tepat, orang yang ingin menjadi pemimpin
harus memiliki keutamaan dalam hal; keberanian ( warani), kecerdasan
( macca), kekayaan ( sugi’) dan kesalehan ( panrita). Di dalamnya Islam
menyumbangkan warna baru terhadap prototipe orang Bugis modern,
dengan memperkuat aspek-aspek etika serta membedakan secara tegas
to- panrita dengan gambaran ambigu tentang to- warani, to-acca dan to-sugi
yang berlaku dewasa ini.
12. Panngaderreng merupakan wujud kebudayaan yang mencakup pengertian sistem
norma dan aturan-aturan adat, tata-tertib, juga unsur-unsur yang meliputi seluruh
kegiatan hidup manusia dalam bertingkah-laku dan mengatur prasarana kehidupan
manusia Bugis.
Migran Bugis dan “Pertambakan Ilegal” 81