Page 177 - Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang
P. 177

Pangan termasuk perikanan. Sedangkan program kerjasama dengan
            negara-negara  ASEAN dan Australia, antara lain diwujudkan dalam
            bentuk Proyek Penanganan ikan di  TPI dengan Penanganan ikan di  TPI
            dengan fish tray oleh nelayan di  TPI dan bantuan sarana angkutan untuk
            fish tray oleh nelayan di  TPI dan bantuan sarana angkutan untuk uji coba
            penanganan pengangkutan ikan hidup. Hingga akhirnya setelah melalui
            tahapan yang panjang pada 19 Mei 1994, Uni  Eropa mengeluarkan
            Commision Decision No. 94/324/EEC berisi penetapan Indonesia sebagai
            Negara yang mempunyai kesamaan sistem pembinaan dan pengawasan
            mutu hasil perikanan dengan Uni  Eropa ( Soewito Dkk, 2011). Ketentuan
            tersebut tentu saja sangat penting artinya bagi keberlanjutan, bahkan
            penciptaan peluang ekspor bagi produk udang lokal, mengingat selama
            ini Uni  Eropa merupakan salah satu pangsa pasar yang sangat potensial
            bagi produk udang lokal. Selain karena kebijakan Uni  Eropa yang sering
            dijadikan rujukan bagi negara-negara lain yang melakukan impor produk
            perikanan dari negara-negara eksportir perikanan.
                Secara sistematis, berbagai mekanisme global yang telah berlangsung
            pada tataran lokal tersebut, tidak sekedar menyebabkan tereliminasinya
            pengusaha lokal (ponggawa) yang tidak siap menghadapi era globalisasi
            perdagangan yang mensyaratkan ketentuan-ketentuan kualifikasi produk
            dengan sangat ketat, sehingga tidak mampu bersaing di pasar bebas.
            Namun juga menyebabkan terjadinya konsolidasi kekuatan ekonomi
            lokal pada sejumlah kecil pengusaha lokal (ponggawa besar), yang
            digerakkan industri perikanan budidaya dengan pasokan material raw
            yang berkelanjutan. Dan yang terpenting, mekanisme seperti ini pun
            sangat fungsional dalam memberikan “tekanan” pada sejumlah pihak
            (khususnya elit ekonomi lokal) untuk dapat lebih ramah lingkungan
            dalam berproduksi. Mengingat, sampai sejauh ini para pelaku usaha
            pertambakan (khususnya ponggawa) masih “tersandera” oleh berbagai isu
            global terkait dengan udang yang diproduksi pada area hutan produksi
            dan klaim udang organik yang dikelola tanpa mengindahkan kaidah-
            kaidah ekologis, sehingga mengorbankan eksistensi lingkungan.





         150                      Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang
   172   173   174   175   176   177   178   179   180   181   182