Page 56 - Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang
P. 56
tentara Kerajaan Demak yang telah mengislamkan Kerajaan Banjar,
diduga Pangeran Samudra yang berganti nama menjadi Sultan Suriansyah
(1595–1620) berhasil menaklukkan Kerajaan Kutai Kartanegara
( Adham, 1979). Namun menurut Amin (1975) penguasaan Kerajaan
Banjar atas Kerajaan Kutai Kartanegara hanya secara de jure, karena
Kerajaan Banjar tidak pernah menempatkan petugas-petugasnya yang
secara langsung mengontrol Kerajaan Kutai Kartanegara seperti halnya
Kerajaan Majapahit.
Pengaruh Kerajaan Kutai Kartanegara baru mulai terasa lebih
dinamis, ketika Pangeran Sinum Panji Mendapa berhasil menaklukkan
Maharaja Dharma Setia, raja terakhir Kerajaan Kutai Martapura pada
tahun 1636. Dengan jatuhnya Kerajaan Hindu tertua di Indonesia ini,
maka wilayah kekuasaan Kerajaan Kutai Kartanegara bertambah luas,
Kerajaan Pasir, Berau dan kerajaan kecil/kelompok-kelompok suku dayak
pedalaman yang tadinya tunduk pada Kerajaan Kutai Martapura secara
tidak langsung telah menjadi wilayah kekuasaannya.
Pasca penaklukkan atas Kerajaan Kutai Martapura, pusat
pemerintahan Kerajaan Kutai Kartanegara sempat dipindahkan dari
Jahitan Layar ke Tepian Batu (kini berganti nama menjadi Desa Kutai
Lama). Sebelum dipindahkan lagi oleh Aji Dipati Tua pada 1636-an
ke Pemarangan (Jembayan) sebelah hulu Sungai Mahakam, untuk
menghindari serangan bajak laut dari Philipina Selatan. Namun pada
masa pemerintahan Aji Muhammad Muslihuddin, ibukota Kesultanan
dipindahkan lagi ke “Tangga Arung” ( Tenggarong), karena pusat
pemerintahan sebelumnya dianggap sudah tidak “bertuah”, akibat
pengkhianatan yang dilakukan Aji Muhammad Aliyeddin karena
“merebut paksa” tahta kesultanan. Pasca pemindahan pusat Kerajaan
Kutai Kartanegara dari Tepian Batu (Kutai Lama) ke Pemarangan
(Jembayan), pemukiman-pemukiman di sekitar Kawasan Delta Mahakam
yang terletak di pesisir mainland Pulau Kalimantan di duga masih sedikit
jumlahnya. Sedangkan kawasan pulau-pulau di Delta Mahakam yang
terletak diluar mainland Pulau Kalimantan hanyalah menjadi tempat
persinggahan sementara bagi kapal-kapal dagang/bajak laut.
Merajut Serpihan Sejarah Agraria Lokal 29