Page 146 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 146
Paku Alam dan Berbagai Peranannya
Diah menjadikan laporan utama pemilihan umum Yogyakarta
dalam dua edisi tidak berurutan, dan koran lokal harian Nasional
dan Kedaulatan Rakyat melaporkan secara konsisten setiap
perkembangan baru mengenai pemilihan umum. Harian Was-
pada di Sumatera juga memberikan liputan yang besar, bahkan
pada tanggal 19 Oktober 1951 masuk menjadi tajuk rencana
di halaman utama. Sementara Harian Rakjat milik PKI secara
rutin memberitakan tentang perkembangan pemilu, termasuk
kritik tajam CC PKI terhadap proses penyelenggaraan pemilu
Yogyakarta yang dinilai tidak demokratis. Harian yang
berbasis Tionghoa, Sin Min dan Sin Po, harian Pemandangan,
Suara Merdeka, Penjebar Semangat, dan Pancasila yang
berbahasa Jawa ikut mempopulerkan hajatan masyarakat
Yogyakarta dalam penyelenggaraan ‘pesta demokrasi’. Belum
lagi berbagai majalah pemerintah daerah dan pusat ikut mela-
porkan pengalaman pemilu Yogyakarta dari dekat.
Laporan media massa menyebut pemilu Yogyakarta
dengan istilah ‘kelinci percobaan’, artinya menempatkan
pemilihan umum Yogyakarta sebagai kelinci percobaan bagi
pemilu di Indonesia. Hal ini dimaknai sebagai uji coba dalam
rangka keinginan menyelenggarakan pemilu secara nasional.
Yogyakarta dianggap sebagai pelopor, Yogyakarta dianggap
sebagai pemula, dan kelinci percobaan. Sekalipun pemilihan
39
itu dengan cara bertingkat (tidak langsung). Perhatian peme-
rintah pusat dan daerah lain begitu tinggi, terbukti kehadiran
39 Lihat penjelasan sistem langsung dan bertingkat dalam buku Sekitar
Pemilihan Umum, Jilid II, (Jakarta: Kempen, t.t.), hlm. 16—22; CST. Kansil,
Inti Pengetahuan Pemilihan Umum, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1974), hlm.
45—46; lihat juga “Pemilihan Umum Langsung dan Bertingkat”. Majalah
Dirgahayu, No. 19, 1 November 1952. Disebut sistem bertingkat atau tidak
123