Page 192 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 192

Akses Masyarakat Atas Tanah

               instansi terkait. Jumlahnya berlaku susut ketika dinyatakan
               suatu lahan dibuktikan sebagai milik orang lain.
                   Bagaimanakah status SG dan PAG di hadapan hukum tanah
               nasional? Dalam diktum keempat UUPA huruf A dinyatakan,
               ‘Hak-hak dan wewenang-wewenang atas bumi dan air dari
               Swapraja atau bekas Swapraja yang masih ada, pada waktu
               mulai berlakunya Undang-undang ini hapus dan beralih
               kepada Negara’. Dengan UUPA ini seharusnya status tanah di
               eks-swapraja Yogyakarta beralih ke tangan negara. Akan teta-
               pi, sebagaimana disebutkan di atas, dengan telah keluarnya
               UU No 3/1950 dilanjutkan dengan jo Perda DIY No. 5 Tahun
               1954, peraturan tanah di Yogyakarta bersifat otonom, sehing-
               ga dianggap sebagian orang memberi tameng terhadap inter-
               vensi hukum tanah nasional.
                   Jenis tanah di Yogyakarta terbagi dalam tiga macam:
               Tanah Kesultanan, Tanah Sultan, dan Tanah Milik pribadi yang
               dimiliki oleh para keluarga.   Demikianlah, sejak masa kolonial
                                      27
               di Yogyakarta kita lihat telah berlaku dua hukum agraria,
               hukum adat dan hukum barat (burgelijke wet boek). Urusan
               hak tanah diatur dalam domein verklaring/Rijksblad Kasul-
               tanan tahun 1918 dan Rijksblad Pakualaman tahun 1918.
               Kekuasaan ini dinyatakan kembali dalam UU No 3/1950. Un-
               dang-undang terakhir ini merupakan peraturan induk menge-
               nai keistimewaan Yogyakara. Khusus mengenai peraturan
               tentang pertanahannya, sementara menunggu Undang-
               Undang Pokok Hukum Tanah RI yang kemudian berhasil
               dibentuk berupa UUPA 1960 itu, Hukum Adat kemudian diatur
               dengan Peraturan DIY No 5/1954. Sedangkan tanah tanah


               27  Wawancara dengan Paku Alam IX, Yogyakarta, 8 Januari 2009.

                                                                  169
   187   188   189   190   191   192   193   194   195   196   197