Page 197 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 197

Keistimewan Yogyakarta
            ku Buwono IX berinisiatif melakukan pembenahan kewe-
            nangan agraria melalui kewenangan dekonsentrasi.
                Keputusan Sultan untuk menawarkan kepada pemerintah
            pusat agar diberlakukan UUPA di DIY dianggap kontroversial.
            Sekembali dari Jakarta setelah menjabat di berbagai jabatan
            di pusat, Sultan Hamengku Buwono IX kembali menata Yogya-
            karta. Di Keraton Yogyakarta, ia kembali menjadi raja, menjadi
            kepala keluarga, dan menjadi simbol pusat magis, dan kepala
            pemerintahan. Mengingat bahwa Yogyakarta saat itu dengan
                                    2
            wilayah seluas 3.185,81 km  dihuni sekitar 2,75 juta jiwa yang
            sekitar 40 persen di antaranya hidup di bawah garis kemis-
            kinan, maka Sultan Hamengku Buwono IX telah memutuskan
            untuk lebih banyak meluangkan waktu guna menangani Yog-
            yakarta secara total atas persoalan-persoalan besar yang diha-
            dapi Yogyakarta. Salah satunya adalah pembenahan masalah
            pertanahan.
                Perubahan yang dirasakan paling besar adalah diberlaku-
            kannya UU Nomor 5 Tahun 1960. Kala itu hampir semua warga
            Yogyakarta tercengang. Mereka tidak habis pikir dengan
            kewenangan mutlak Yogyakarta yang tiba-tiba dilepas oleh
            pemimpinnya sendiri. ‘Tapi itulah Sultan, yang lebih memen-
            tingkan kepentingan nasional yang lebih luas,’  Sebelum
                                                        32
            Yogyakarta tunduk pada UUPA, masalah tanah di daerah ini
            sering menimbulkan kerawanan, karena ada tiga macam hukum
            tanah: tanah yang di atasnya berlaku hukum Barat, tanah
            keraton, dan tanah adat, sebagaimana telah diuraikan di muka.
                Bila dirunut dari tahun-tahun sebelumnya, upaya untuk


            32  Ucapan Sudomo Sunaryo, Kepala Humas Pemda Provinsi DIY masa itu, dalam
             Tempo, ‘Sultan di Panggung Terbuka’, 23 Agustus 1988.

            174
   192   193   194   195   196   197   198   199   200   201   202