Page 202 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 202

Akses Masyarakat Atas Tanah

               pemerintah Orde Lama yang diusung oleh PKI. Mengingat juga
               kebijakan ini diberlakukan di tengah kondisi ketika pelaksa-
               naan UUPA di daerah-daerah lain tidak berjalan/dipeti-eskan.
               Maka di sinilah,  pertanyaan tentang kondisi macam apa yang
               memungkinkan dan tidak memungkinkannya sebuah wacana
               itu muncul menemukan jawabannya; konteks Pembangunan
               dan Sentralisme Pusat!   Mengutip ucapan Mendagri Supardjo
                                   38
               Roestam saat itu dalam sambutan upacara pemberlakuan
               UUPA di DIY, 24 September 1984,

                   ‘Dengan makin meningkatnya usaha pembangunan sejak
                   PELITA I, maka makin meningkat pula keperluan akan
                   tanah dengan SEGALA AKIBATNYA UNTUK BERBAGAI
                   TUJUAN PEMBANGUNAN YANG DILAKSANAKAN OLEH
                   PIHAK PEMERINTAH, SWASTA, MAUPUN MASYARAKAT
                   itu sendiri, baik yang berskala regional maupun berskala
                   nasional. (pen: huruf kapital asli dalam teks) 39



               38  Ditiliknya kembali persoalan agraria oleh Orde Baru sedari awal adalah
                berdasarkan alasan pembangunan; bagaimana pembangunan nasional
                (industri) mensyaratkan ketersediaan tanah (land to the development/er).
                Pembentukan Tim Interim Masalah Pertanahan yang dipimpin oleh Meneg
                Riset Prof. Soemitro Djojohadikoesoemo dan Prof. Dr. Widjojo Nitisastro pada
                tahun 1977 adalah dalam rangka itu. Kesimpulan dan saran tim tentang
                masih berlakunya UUPA 1960, perlunya penegasan tentang struktur panitia
                landreform,  peradilan  landreform  dan anggaran pembiayaannya, dan
                perlunya peraturan-perundangan tentang land to the tiller diabaikan dan
                tidak pernah dijalankan oleh pemerintah. Lihat Sediono M.P. Tjondronegoro,
                ‘Strategi Implementasi Program Pembaruan Agraria Nasional’, dalam
                Sediono M.P. Tjondronegoro dan Gunawan Wiradi, Dua Abad Penguasaan
                Tanah: Pola Penguasaan Tanah Pertanian di Jawa dari Masa ke Masa, (Jakarta:
                Yayasan Obor Indonesia, 2008 [edisi revisi]), hlm. 498.
               39  Teks Sambutan Menteri Dalam Negeri pada Upacara Pemberlakuan Sepe-
                nuhnya Undang-Undang Pokok Agraria di Provinsi Daerah Istimewa
                Yogyakarta, 24 September 1984, di Yogyakarta.

                                                                  179
   197   198   199   200   201   202   203   204   205   206   207