Page 204 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 204

Akses Masyarakat Atas Tanah

                   tanah di sebelah keraton....., sampai-sampai Sultan bilang,
                   sisan wae alun-alun iku dituku. Akhirnya Probosutedjo tidak
                   melanjutkan membeli tanah lagi’.
                   Dari kesaksian itu dapat kita lihat bahwa pemberlakukan
               UUPA di DIY pada tahun 1984 berhasil memberi akses masya-
               rakat terhadap tanah. Tidak ada kepastian berapa jumlah bi-
               dang tanah yang dibeli akibat dari pemberlakuan itu.
                   Bukan berarti sistem lama tidak lagi berlaku. Tanah
               magersari sampai saat ini dinilai sangat menguntungkan bagi
               masyarakat Yogyakarta. Cerita dalam boks berikut memberi
               gambaran tentang betapa tanah magersari yang didiami
               masyarakat  sangat bermanfaat.
                   Pemberian hak atas tanah Sultan dengan  konstruksi
               hukum pertanahan nasional selanjutnya juga dilakukan.
               Sebagai contoh kasus adalah terhadap tanah-tanah bekas Bong
               Cina pada bulan Agustus 2000 kepada masyarakat Terban.
               Tanah milik keraton yang dibagikan sebanyak 367 bidang
               dengan luas total  sekitar 2,7 hektar .
                                               42
                   Bukan berarti sengketa tanah SG dan PAG tidak pernah
               terjadi, baik yang ada di wilayah perkotaan maupun di pede-
               saan. Ada beberapa kasus yang layak dikaji.

               H. Konflik Tanah Sultan Ground

               Salah satu konflik internal keraton yang pernah terjadi adalah
               antara pihak yang menyatakan diri sebagai ahli waris Sultan
               Hamengku Buwono VII (M. Triyanto Pratowo, RM. Roosha-
               wantoaji, dan RM. Goewindo) dengan Sri Sultan Hamengku
               Buwono X. Mereka mengadukan Sultan Hamengku Buwono X


               42  Sarjia, op.cit., hlm. 2

                                                                  181
   199   200   201   202   203   204   205   206   207   208   209