Page 199 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 199

Keistimewan Yogyakarta
                Yang dilakukan selanjutnya adalah tanah bekas milik
            golongan Eropa disertifikasi sementara tanah model kesul-
            tanan dikenai surat model D (sertifikat versi Yogyakarta), dan
            ada luasan tanah yang disertifikasi melalui Prona-UUPA. Jadi,
            dalam kenyataannya pelaksanaan UUPA tidak secara otomatis
            menghilangkan macam-macam status tanah di DIY, sebab
            masih ada tanah magersari. Ini yang disebut dengan adanya
            pluralisme dalam pengaturan tanah di Yogyakarta.  Yang
                                                            35
            dikenai UUPA adalah tanah berhukum Barat dan tanah-tanah
            yang sebelumnya dikenai program Prona. Dengan demikian
            pemberlakuan UUPA lagi-lagi bukan untuk memperjelas status
            tanah (secara hukum), meski diidealkan oleh Sri Sultan
            demikian, namun aspek politiklah yang justru tampak nyata.
                Saat itu, para ahli agraria berbeda pendapat dalam menyi-
            kapi pemberlakuan UUPA di DIY. Guru Besar Politik Agraria
            UGM, Iman Soetiknjo dan mantan Walikota Yogyakarta Mr
            KPH Soedarisman Poerwokoesoemo menyatakan tidak
            adanya masalah atas pemberlakuan itu. Hanya saja diingatkan
            oleh Iman Soetiknjo bahwa yang perlu dilakukan adalah
            mempersiapkan para personil dan segala perlengkapannya,
            juga pentingnya pemahaman para aparat terhadap UUPA.
                Sementara itu, mantan walikota Yogyakarta menegaskan
            bahwa bila diberlakukan UUPA maka perlu terlebih dulu
            mengubah UU No 3/1950 tentang pengakuan Yogyakarta
            sebagai Daerah Istimewa. Soedarisman berargumen bahwa




            35  Baca selanjutnya, Hendro Prabowo, Pluralisme dalam Pengaturan, Pengu-
             asaan, dan Kepemilikan Tanah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Tesis
             Program Studi Hukum, Jurusan Ilmu-ilmu Sosial, Pascasarjana, Universitas
             Gadjah Mada,  2005.

            176
   194   195   196   197   198   199   200   201   202   203   204