Page 263 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 263
Keistimewan Yogyakarta
rang melibatkan para pihak yang benar-benar berkepentingan
terhadap perda. Kenyataan ini tidak hanya terjadi di Yogya-
karta tetapi juga di daerah-daerah lain. Penelitian Bank Dunia
(2006) menunjukan bahwa sebagian besar daerah jarang yang
membuat perda berkaitan dengan kinerja pemerintahan.
Perda yang banyak dibuat terkait dengan upaya peningkatan
retribusi dan pajak daerah.
Sedangkan konflik yang terjadi di Yogyakarta, sebagai-
mana disajikan dalam hasil survei di atas, lebih banyak terjadi
antara rakyat dan pejabat publik. Di masyarakat sendiri konflik
jarang terjadi. Jikapun ada, seringkali konflik yang diderivasi
dari konflik segelitir orang (elite). Fenomena konflik justru terja-
di kalau masalah tersebut dikaitkan dengan pejabat publik.
Konflik yang melibatkan pejabat publik bersifat horisontal dan
vertikal. Yang bersifat horisontal adalah konflik antarpejabat,
sedangkan konflik vertikal terjadi antarpejabat dan rakyat.
Fenomena konflik yang dianggap sering terjadi adalah antar-
pendukung partai (35,48 persen), antara rakyat dan pejabat
(29,03 persen) dan antar eksekutif dan legislatif (25,81 per-
sen). Dari sini terlihat bahwa konflik terjadi kalau berkaitan
dengan pejabat publik. Konflik antar pejabat khususnya
legislatif dan eksekutif memang kerap muncul semenjak
reformasi yang memberi kekuasan lebih kepada legislatif dari-
pada di masa Orde Baru. Meskipun konflik yang terjadi pada
wilayah elite ini jarang sampai merembes ke bawah, namun
apabila tidak dikelola dengan baik dan tidak diselesaikan
dengan bijak justru akan melahirkan ketidakpercayaan masya-
rakat terhadap pejabat publik.
Ketiga aspek lainya yaitu kemampuan menciptakan ke-
pastian hukum, kemampuan memberantas korupsi, dan ke-
240