Page 278 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 278

Penutup

               tisasi. Benar bahwa PA VIII dan HB IX telah melakukan banyak
               hal untuk membangun sistem pemerintahannya yang demok-
               ratis, dan benar pula bahwa Sultan HB IX telah memelopori
               dan memberikan contoh bagi Indonesia bagaimana berde-
               mokrasi secara bijak dan arif. Benar pula kemudian Yogyakarta
               disebut istimewa karena beberapa alasan, salah satunya hal-
               hal di atas. Namun dua raja ini sebenarnya tidak pernah
               membiarkan kursi kekuasaan pemerintahan daerah disentuh
               oleh pihak manapun. Artinya, sekalipun ide pemilu pada tahun
               1951—1957 adalah upaya terbaik dalam membentuk sistem
               pemerintahan, namun dengan menggenggam kursi kekuasaan
               Dewan Pemerintahan Daerah Yogyakarta di tangannya dengan
               ‘alasan undang-undang keistimewaan Yogyakarta’, menem-
               patkan kerancuan cara berfikir dan sistem demokrasi yang
               sedang dibangun. Hal itu pula yang menjadikan Yogyakarta
               selalu bermasalah dan tidak pernah selesai dalam menentukan
               pilihan politiknya, karena keistimewaan dijadikan beban
               sejarah.
                   Berbagai eksperimentasi yang dilakukan oleh orang-
               orang terbaik di Paku Alaman dan oleh Paku Alam sendiri
               dalam mengemban tugas kepemimpinan, terutama berdemo-
               krasi di alam kemerdekaan, memberi inspirasi bagi kelanjutan
               misi kesejarahannya.

               D. SG dan PAG: Menghidup-hidupkan Mitos Kerajaan
                  Sebagai Pengayom

               Status tanah adat (Sultan Ground dan Paku Alaman Ground)
               sebenarnya mampu memberikan kesempatan masyarakat
               memiliki akses pada tanah. Akan tetapi hal ini sangat tergan-
               tung pada sikap sang penguasa untuk mendermakan tanahnya

                                                                  255
   273   274   275   276   277   278   279   280   281   282   283