Page 201 - Mereka yang Dikalahkan, Perampasan Tanah dan Resistensi Masyarakat Pulau Padang
P. 201
176 M. Nazir Salim
bagi hasil sesuai kesepakatan, dan ini tergantung nanti harga kayu
pada saat panen. Tiga skema ini dijelaskan secara detil oleh Mukhti
dan Amri di Mekarsari yang menjadi bagian kesepakatan antara
warga dan RAPP jika lahan-lahan masyarakat masuk di area konsesi. 24
Bagaimana praktik di lapangan atas kesepakat di atas? Mukhti
dan Amri tidak memiliki pengalaman atas lahan-lahan warga Desa
Mekarsari dan Belitung yang masuk dalam area konsesi, berbeda
dengan Yahya, Pairan, dan warga di Lukit lainnya, dimana banyak
tanah warga masuk di area konsesi. Lukit merupakan desa dengan
wilayah yang cukup luas, dan lahan warga yang masuk di area
konsesi cukup besar. Faktanya di lapangan, ada banyak modus yang
digunakan oleh RAPP untuk merayu warga agar melepas tanahnya,
karena harganya cukup murah sebagaimana sagu hati yang
disepakati. Pengalaman Yahya di Lukit dengan beberapa temannya,
RAPP menggunakan orang-orang yang bekerja di RAPP untuk
merayu warga agar melepas tanah-tanah yang masuk area konsesi.
Jika warga mempertahankan dengan enclave, warga masyarakat
dibikin sulit untuk akses ke jalan masuk lahannya. Strategi yang
diterapkan ini cukup mengganggu warga karena beberapa orang
akhirnya melepas tanah kepada RAPP.
25
Catatan tentang kesepakatan itu menempatkan warga Pulau
Padang “kalah” dalam negosiasi tanpa bisa memberikan perlawanan,
sekalipun perlawanan dengan cara-cara diam. Sebagaimana James T
Scott dan Moreda mensinyalir, perlawanan diam tetap efektif, namun
itu juga sulit dilakukan di Pulau Padang. Daya tahan warga benar-
benar teruji sekaligus dilemahkan oleh “musuh” dan perselisihan di
antara mereka yang mulai saling curiga. Statemen penulis di awal
bahwa pendekatan Moreda terjadi di Pulau Padang, ternyata tidak
24 Diceritakan kembali oleh Mukhti dan Amri, 1 Juni 2016, di Desa
Mekarsari, Pulau Padang.
25 Disampaikan oleh Yahya dan Pairan, 1 Juni 2016, di Lukit, Pulau Padang.