Page 54 - Mereka yang Dikalahkan, Perampasan Tanah dan Resistensi Masyarakat Pulau Padang
P. 54
Mereka yang Dikalahkan 29
sudut yang berbeda. Namun demikian, membaca secara keseluruhan
per bab akan memudahkan di dalam memahami maksud dan tujuan
dari keseluruhan buku ini.
Diawali dengan bab pendahuluan sebagai pengantar alasan
mengapa kajian Pulau Padang penting untuk dihadirkan, dan
mengapa persoalan agraria perlu dilihat dari persoalan hulu? Tesis
awal dalam buku ini adalah mengapa negara melakukan liberalisasi
kebijakan sumber daya alam dan mengapa konsekuensi dari kebijakan
itu melahirkan banyak persoalan. Persoalan hilir sebenarnya tidak
menjadi kunci kajian buku ini, akan tetapi hulu adalah utamanya.
Adanya kebijakan pembangunan yang membuka kran seluas
mungkin terhadap akses sumber daya alam menjadi titik poinnya.
Jika kemudian ekses dari kebijakan itu melahirkan perlawanan,
kerusakan ekologi, dan konflik di sana sini, ia adalah bagian dari
konsekuensi logis lahirnya kebijakan di hulu. Mengapa? Persoalan
dasarnya ada dua hal, pertama negara tidak memahami peta
persoalan lapangan secara memadai di mana hadirnya sebuah
kebijakan akan diikuti munculnya persoalan sebagai akibat-
akibatnya, dan ini menjadi persoalan serius karena negara lemah di
dalam antisipasi serta kemampuan untuk merevisi sebuah kebijakan.
Kedua, konsep pembangunan yang dikembangkan oleh negara tidak
dalam rangka untuk menyejahterakan masyarakat tempatan, akan
tetapi pemenuhan kebutuhan nasional, di mana Jakarta ditempatkan
sebagai pusat dari kegiatannya. Alhasil, kebijakan itu melahirkan
kesenjangan-kesenjangan yang semakin lebar dan masyarakat
tempatan bukan saja miskin permanen melainkan dikorbankan.
Ini yang banyak ahli menyebut sebagai piramida pengorbanan, atau
mengorbankan masyarakat untuk pembangunan.
Bab berikut penulis sengaja berselancar jauh ke belakang
untuk melihat fenomena dan tren untuk menunjukkan bahwa
liberalisasi kebijakan yang diterapkan oleh negara dalam bidang