Page 56 - Resonansi Landreform Lokal di Karanganyar: Dinamika Pengelolaan Tanah di Desa Karanganyar
P. 56
Resonansi Landreform Lokal ... 43
kepada petani yang tidak memiliki tanah sawah. Seolah-olah
nama “Karanganyar” identik dengan “kekaguman”.
Dengan demikian “Karanganyar” tidak lagi dapat dimaknai
secara sederhana sebagai “pekarangan baru”, karena ada kom-
pleksitas di dalamnya. Makna ini berada pada ranah yang sensitif
karena berkaitan dengan kepekaan rasa ketika kata “Karang-
anyar” diucapkan. Desa Karanganyar yang membawa nama “Ka-
ranganyar” dengan arti baru (yaitu: “kekaguman”) memperli-
hatkan terjadinya perubahan revolusioner di era tahun 1947,
yang kemudian berangsur-angsur semakin evolusioner. Meski-
pun begitu perubahannya tetap saja penuh “warna” atau kom-
pleks dan merupakan sesuatu yang baru pada zamannya (era
1947). Oleh karena itu, peletakan perubahan Desa Karanganyar
pada “lembaran” statis pertanahan menjadi tidak relevan, karena
daya dobraknya telah berhasil “merusak” involusi penguasaan
tanah.
Dalam konteks kekinian makna baru “Karanganyar” telah
disikapi oleh para pihak atau pemangku kepentingan (stake
holder) di Desa Karanganyar, dengan sikap yang menunjukkan
kesediaan berubah. Para pihak ini selanjutnya bersama-sama
mengubah pola pikir lama yang bersandar pada realisme empiris
(hal-hal yang ada) menjadi pola pikir baru yang lebih imajinatif
(hal-hal yang seharusnya ada). Dengan pola pikir baru, maka
para pihak bekerjasama mewujudkan keadilan penguasaan ta-
nah, yang berpeluang menyejahterakan dan sekaligus mem-
bangun harmoni sosial. Boleh jadi pada awalnya gerakan pola
pikir baru ini dianggap tidak teratur karena merombak tatanan
yang telah ada, tetapi akhirnya lambat laun terbentuk tatanan
baru yang berada dalam keteraturan yang baru.
Selain itu, makna baru “Karanganyar” merupakan paket