Page 115 - Konstitusionalisme Agraria
P. 115

Pemerintah  pun  mengalami dilema dengan adanya
            kesepakatan tersebut karena dorongan pengambilalihan perusahaan
            tersebut (nasionalisasi) maupun pengambilalihan tanahnya (land
            reform) semakin kuat. Untuk menjalankan amanat yang sebenarnya
            tidak disukai oleh pemerintah Indonesia untuk melindungi hak-
            hak perusahaan Belanda tersebut, pada tahun 1952 pemerintah
            mengeluarkan UU Darurat No. 1 Tahun 1952 tentang Pemindahan
            dan Pemakaian Tanah-tanah dan Barang-barang Tetap Lainnya yang
            Mempunyai Titel Menurut Hukum Eropa. Melalui undang-undang
            ini, pengalihan hak-hak atas tanah dan benda lainnya dengan
            titel menurut hukum Belanda dipersulit sebab harus mendapat
            persetujuan Menteri Kehakiman. Semua perbuatan pemindahan
            dan pemakaian tanah-tanah tanpa izin menteri kehakiman adalah
            batal demi hukum. UU Darurat ini kemudian ditetapkan menjadi
            UU No. 24 Tahun 1954.
                 Pada tahun 1956, pemerintah mengeluarkan UU No. 13
            Tahun 1956 tentang Pembatalan Hubungan Indonesia Nederland
            Berdasarkan Perjanjian Konferensi Meja Bundar. Pembatalan
            perjanjian KMB itu dilakukan oleh pemerintah Indonesia karena
            Pemerintah Belanda masih “berkeras-hati” menduduki Irian Barat.
            Pasal 7 undang-undang ini mengatur tentang kepentingan pihak
            Belanda yang masih tersisa di Indonesia. Pasal 7 menyebutkan bahwa:

                 “Hak, Konsesi, Izin dan cara menjalankan perusahaan Belanda
                 akan diindahkan jika tidak bertentangan dengan kepentingan
                 pembangunan negara. Perlakuan sebagai dimaksudkan di atas tidak
                 dapat didasarkan atas hak-hak istimewa dengan alasan apa juapun.”

                 Menyusul undang-undang tersebut, dikeluarkan pula UU
            No. 28 tahun 1956 tentang Pengawasan terhadap Pemindahan Hak
            atas Tanah-tanah Perkebunan. Undang-undang ini dikeluarkan
            karena pada waktu-waktu menjelang dan sesudah dibatalkannya
            hubungan Indonesia-Belanda berdasarkan perjanjian KMB banyak
            terjadi pemindahan hak atas tanah perkebunan. Tindakan ini banyak
            dilakukan oleh aktivis PNI dan PKI. Maka untuk memperkuat
            kontrol perusahaan-perusahaan kebun dalam perekonomian



               84     Konstitusionalisme Agraria
   110   111   112   113   114   115   116   117   118   119   120