Page 299 - Konstitusionalisme Agraria
P. 299

oleh pemerintah dalam menetapkan wilayah pertambangan. Empat
            syarat dalam penentuan wilayah pertambangan itu adalah:

            1.   Menyesuaikan dengan tata ruang nasional dan berorientasi
                 pada pelestarian lingkungan hidup;

            2.   Memastikan bahwa pembagian ketiga bentuk wilayah
                 pertambangan yaitu, WUP, WPR, dan WPN tersebut tidak
                 boleh saling tumpang tindih, baik dalam satu wilayah
                 administrasi pemerintahan yang sama maupun antar wilayah
                 administrasi pemerintahan yang berbeda;
            3.   Menentukan dan menetapkan terlebih dahulu WPR, setelah
                 itu WPN, kemudian WUP;
            4.   Wajib menyertakan pendapat masyarakat yang wilayah
                 maupun tanah miliknya akan dimasukkan ke dalam wilayah
                 pertambangan dan masyarakat yang akan terkena dampak.


            Wilayah Pertambangan Berdasarkan Tata Ruang

            Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa Wilayah Pertambangan
            (WP) ditetapkan dengan mendasarkan pada tata ruang yang dalam
            kegiatannya juga harus selalu mendasarkan pada upaya pelestarian
            lingkungan. Hal itu sejalan dengan Pasal 1 angka 29 UU Minerba yang
            menyatakan, “Wilayah Pertambangan, yang selanjutnya disebut WP,
            adalah wilayah yang memiliki potensi mineral dan/atau batubara
            dan tidak terikat dengan batasan administrasi pemerintahan
            yang merupakan bagian dari tata ruang nasional.” Selain itu juga
            harus memastikan bahwa pembagian ketiga macam wilayah
            pertambangan (WUP, WPR, dan WPN) tersebut tidak boleh saling
            tumpang tindih, baik dalam satu wilayah administrasi pemerintahan
            yang sama maupun antar-wilayah administrasi pemerintahan
            yang berbeda. Dalam menetapkan suatu WP, Pemerintah harus
            membedakan wilayah mana yang menjadi WUP, wilayah mana
            yang menjadi WPR, dan wilayah mana yang menjadi WPN yang
            di dalam WPN tersebut nantinya juga harus diperinci lebih lanjut
            mengenai WUPK. Pengelolaan semacam ini bertujuan, selain untuk



               268     Konstitusionalisme Agraria
   294   295   296   297   298   299   300   301   302   303   304