Page 194 - Konflik Agraria Urutsewu: Pendekatan Ekologi Politik
P. 194

7




                                    PENUTUP










            KONFLIK ekologi politik yang terjadi di Urutsewu disebabkan
            oleh adanya perampasan sumber daya alam yang dilakukan oleh
            aktor negara. Perampasan sumber daya alam terwujud pada klaim
            kepemilikan lahan selebar 500 meter dan panjang 22,5 kilometer
            dari Desa Ayam Putih hingga Wiromartan (meliputi tiga
            kecamatan) oleh TNI AD. Menggunakan istilah Le Billon (2001),
            klaim kepemilikan ini menyebabkan kelangkaan tanah secara
            buatan. Konlik semakin menjadi ketika pemerintah kabupaten
            Kebumen, TNI AD, dan PT MNC menjalin hubungan bisnis dalam
            bentuk pemberian izin penambangan pasir besi di Kecamatan
            Mirit. Dalam kasus ini, DPRD sebagai lembaga perwakilan
            rakyat cenderung pasif dalam menyikapi penambangan pasir
            besi, bahkan justru mengamini status tanah di Urutsewu sebagai
            kawasan pertahanan dan keamanan. Di sini terlihat bahwa negara
            tidak mengelola sumber daya alam dengan manajemen yang baik
            sehingga menyebabkan konlik sumber daya alam. Tensi konlik
            sumber daya alam meningkat dengan adanya ekstraksi pasir besi
            di Kecamatan Mirit. Ekstraksi yang dilakukan dalam bentuk
            eksplorasi dan eksploitasi memicu konlik lebih luas di Urutsewu

            yang bermula sejak dikeluarkannya Izin Usaha Pertambangan



                                                                      169
   189   190   191   192   193   194   195   196   197   198   199