Page 47 - Konflik Agraria Urutsewu: Pendekatan Ekologi Politik
P. 47

Dunia Ketiga serta masyarakat masa kolonial dan pascakolonial
            untuk memfasilitasi produksi pasar global. Ada kecenderungan
            masyarakat dan lingkungan di negara Dunia Ketiga diinkorporasi
            secara perlahan-lahan ke dalam pasar kapitalisme global untuk
            memenuhi kebutuhan pengusaha kapitalis. Kedua, hubungan sistem
            kapitalisme global dan perusahaan berlandaskan aktivitas dan
            operasi pasar dengan logika akumulasi modal yang menguntungkan
            dan membatasi aktor lain untuk mengaksesnya. Ketiga, sistem
            kapitalisme global memiliki logika akumulasi modal sehingga
            menyebabkan kontradiksi sosial dan ekologi yang mengancam
            kelangsungan kehidupan bumi. Keempat, sistem kapitalisme global
            diprediksi akan menghilangkan praktik pengelolaan lingkungan
            tradisional yang dijalankan kelompok akar rumput.
                  Selain perusahaan-perusahaan transnasional yang
            memengaruhi degradasi lingkungan, keterlibatan perusahaan
            lokal juga ikut ambil bagian dalam kerusakan lingkungan di
            negara Dunia Ketiga. Meskipun begitu, peran perusahaan lokal
            lebih sedikit dalam memengaruhi kerusakan lingkungan (Bryant
            1998: 123). Hal ini terjadi karena perusahaan lokal memiliki skala
            lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan transnasional. Selain
            itu, perusahaan lokal lebih mampu mengendalikan praktiknya
            di lapangan karena mengetahui politik, ekonomi, dan budaya
            lokal, serta adanya kekhawatiran mengenai reaksi negara dan
            masyarakat jika terjadi kerusakan lingkungan. Peran perusahaan
            lokal yang cenderung lebih  lembut  dalam memengaruhi
            kerusakan lingkungan bukan berarti dapat ditoleransi.
                 Modal perusahaan lokal tidak selalu berasal dari orang lokal,
            tetapi juga dari perusahaan transnasional yang menanamkan
            modal secara tidak langsung atas nama perusahaan lokal (Bryant
            1998: 125). Hal ini terjadi karena status perusahaan lokal dapat
            menjadi keuntungan bagi perusahaan transnasional untuk


               22     Konflik Agraria di Urutsewu: Pendekatan Ekologi Politik
   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52