Page 51 - Konflik Agraria Urutsewu: Pendekatan Ekologi Politik
P. 51
Kelompok Akar Rumput
Aktor akar rumput (grassroots actors) sering kali menjadi
kelompok yang termarginalkan dalam pengelolaan sumber daya
alam dan lingkungan. Kelompok ini terdiri dari petani desa,
nelayan, peladang berpindah, dan lain-lain. Mereka dinilai tidak
mampu mengelola sumber daya alam yang ada, sementara aktor
yang berkuasa, yaitu negara dan kelompok bisnis, merasa memiliki
kemampuan tersebut. Namun, kelompok bisnis ini—termasuk
dalam proyek penambangan—sudah jarang memperhatikan
masa depan rakyat setempat, baik selama perencanaan proyek
atau ketika pertama kali memutuskan untuk memulai proyek
(Young 1995: 246).
Bagi kelompok akar rumput yang hidup di desa, kepentingan
mereka untuk mengatur sumber daya lingkungan bukan
didasarkan oleh besarnya rasa menghargai lingkungan, tetapi
lebih pada ketergantungan terhadap sumber daya alam (Bryant
1998: 160). Kehidupan masyarakat desa memiliki keterikatan
yang sangat kuat dengan lingkungan tempat mereka tinggal. Jika
ada pengelolaan sumber daya alam yang mengganggu kestabilan
lingkungan tempat mereka hidup, maka kelompok akar rumput
akan mempertahankan lingkungan mereka.
Kelompok akar rumput memiliki keterlibatan langsung
dalam pengelolaan sumber daya alam karena mereka lebih dekat
dengan sumber daya alam. Misalnya, dalam pemanfaatan hutan,
petani yang akan merasakan dampak langsung dari pengelolaan
hutan. Begitu pun dengan penambangan seperti pasir besi. Petani
dan nelayan yang tinggal di area penambanganlah yang akan
merasakan dampak langsung dari aktivitas itu.
Menurut Bryant dan Bailey (1997), kelompok akar rumput
yang sering mengalami marginalisasi adalah masyarakat
miskin. Masyarakat miskin memiliki akses yang masih terbatas
26 Konflik Agraria di Urutsewu: Pendekatan Ekologi Politik