Page 193 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 193
166 Herman Soesangobeng
itu dirumuskan Van Vollenhoven sebagai berikut:
3
“Dit ,beschikkingsrecht’.. het word in technischen zijn
genomen, als eigen rechtsbenaming-waarvoor, ook in zijn
invloed op bouwvelden, het materiaal volop is aangedragen,
is weer met niets in ons burgerlijk wetboek noch met ons
recht van heershappij vergelijkbaar, maar is voor den ganschen
archipel het hoogste recht ten aanzien van grond” = saduran
bebas: Istilah ‘beschikkingsrecht’ ini, sebuah kata yang
dalam makna teknisnya, sebagai suatu istilah teknis
bahasa hukum, dalam hal ini fakta dan datanya cukup
membuktikan keabsahan penggunaan istilah ini
terhadap tanah pertanian, adalah sama sekali tidak
sama dengan (maksudnya istilah ‘beschikken’-tambahan
penulis) dalam kitab undang- undang hukum perdata
(Ned. BW-tambahan penulis) maupun juga hukum
ketatanegaraan kita (maksudnya ketatanegaraan
Belanda- tambahan penulis), akan tetapi untuk seluruh
kepulauan (maksudnya Indonesia-tambahan penulis)
merupakan hukum tertinggi mengenai pertanahan.
Dengan rumusan ‘beschikkingsrecht’ ini, berarti Van
Vollenhoven memaknai istilah yang diciptakannya itu,
bukan untuk menunjukkan sejenis hak dalam hukum adat
yang di Minangkabau disebut ‘hak ulayat’, melainkan
istilah yang mencerminkan isi teori, ajaran dan filosofi
hukum pertanahan serta agraria sebagai hukum tertinggi di
seluruh kepulauan Nusantara Indonesia. Makna teori dan
filosofis itu tampak dengan jelas pada penegasan pernyataan
Van Vollenhoven yang menggunakan perbandingan hukum
perdata dan ketatanegaraan Belanda dengan hukum adat
yang disebutnya sangat berbeda. Hal itu tampak dengan
jelas dalam kalimat: “…is weer met niets in ons burgerlijk wetboek
noch met ons recht van heershappij vergelijkbaar,…”. Jadi istilah
kata ‘recht’ dalam kalimat ‘het hoogste recht’ itu seharusnya
diterjemahkan menjadi ‘hukum’ bukan ‘hak’, sehingga kata-
kata ‘het hoogste recht’ seharusnya diterjemahkan menjadi
4
‘hukum tertinggi’ dan bukan ‘hak tertinggi’ .
3 C. Van Vollenhoven, De Indeonesier en zijn grond, ibid., hlmn. 9
4 Penegasan makna kata ‘recht’ dalam definisi ‘beschikkingsrect’ itu,