Page 196 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 196

Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum ....     169


                    pribadi   hukum (rechtssubjecten). Dengan demikian, keduanya
                    mampu  dan berwenang bertindak  dalam hukum sebagai
                    subjek hukum (rechtssubjecten) yang dihubungkan melalui
                    suatu upacara keagamaan adat dengan nuasa kekuatan magis
                    yang gaib, maka disebut ‘magische religeuse verichtens’  oleh  Van
                    Vollenhoven  dan  Ter  Haar.  Jadi  masyarakat  hukum adalah
                    sama  dengan   Negara   dalam   pengertian   modern,   dan
                    warga masyarakat hukum adalah warga negaranya.
                       Maka hubungan interaksi dan tindakan hukum dua subjek
                    hukum itu atas tanah,  adalah  sama  dengan suatu  hubungan
                    hukum  (rechtsbetrekking) , baik atas tanah sebagai benda tetap
                                         7
                    maupun tidak tetap. Perbuatan dan tindakan hukum mana,
                    secara nyata dilakukan oleh tua-tua adat (adat  hoofdens)
                    sebagai pimpinan masyarakat hukum yang bertindak sebagai
                    satu pribadi  hukum  ke luar maupun  ke dalam, dengan
                                        8
                    orang perorangan sebagai pribadi  hukum  (rechtspersoon),
                    anggota persekutuan hukumnya. Karena   itu,  teori   hukum
                    pertanahan   dan  keagrariaan   adat,   mengenal pertanggungan
                    jawab   hukum   dalam   perbuatan   serta  tindakan   hukum
                    masyarakat  hukum dan pribadi hukumnya,  baik ke luar
                    maupun  ke dalam. Prinsip pertanggungjawaban  itu oleh Ter
                    Haar disebutnya sebagai kewenangan bertindak ke dalam (de
                    werking naar binnen) dan ke luar (de werking naar buiten) sebagai
                    satu kesatuan hukum dalam sistim hukum pertanahan serta
                    keagrariaan adat (beschikkingsrecht) Indonesia.
                       Karena itu,  kesatuan masyarakat  hukum adat bersifat
                    abadi, yang memiliki kekuasaan abadi pula atas seluruh tanah
                    yang disimbolkan  dalam bentuk tanah pertanian (bouwvelden)
                    maupun pengusahaan hutan (woestgebleven grond), seperti yang
                    dirumuskan dalam sifat ke I dan 5. Demikian pula masyarakat
                    hukum    bertanggungjawab   atas    perbuatan    pidana    yang
                    terjadi dalam lingkungan kekuasaan hukum masyarakat, yang
                    pelakunya tidak dapat  dimintakan  pertanggungjawabannya

                   7    Ter Haar, Beginselen en stelsel van het adatrecht, ibid. hlmn. 54.
                   8  Supomo, Bab-Bab Tentang Hukum Adat, ibid, hlmn. 53-54.
   191   192   193   194   195   196   197   198   199   200   201