Page 200 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 200

Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum ....     173


                    katah’ (kepunyaan/miliknya orang banyak), atau ‘duweke wong
                    sak desa’ (miliknya orang sedesa).
                       Jadi  penggunaan  istilah  ‘tanah  komunal’  dan ‘hak
                    komunal’  pada  ‘hak ulayat’,  sebenarnya  tidak  tepat  bahkan
                    salah,  karena  menyimpang  dari  makna   hakekat  ‘hak
                    basamo’  dalam  hukum  adat  Minangkabau.  Demikian juga
                    untuk  daerah-daerah  lainnya di  Indonesia,  pun  arti  ‘tanah
                    komunal’  dan ‘hak  komunal’ itu  tidak  dapat  disamakan
                    dengan konsep ‘hak milik’ dalam konsepsi  hukum Eropah
                    tentang ‘hak milik komunal’ (communaal recht-Bld., communal
                    right-Ingg., droit commune-Prn., jus commune-Lat.).

               6.  Diagram struktur teori Hukum Pertanahan Adat
                   –‘Beschkkingsrecht’:
                       Sebagai sebuah teori hukum pertanahan dan keagrariaan
                    Adat Indonesia, ‘beschikkingsrecht’  merumuskan  ajaran  dan
                    teori  norma  yang  bersumber pada filosofi hukum adat
                    yang khas Indonesia, dengan asas-asas sesuai dengan  alam
                    pikiran  yang  mencerminkan  rasa  keadilan  hukum  orang
                    Indonesia   tentang  tanahnya.  Teori   dan   ajaran  mana,
                    selanjutnya dikembangkan dan ditambah Ter Haar dengan
                    susunan strukturnya sehingga menjadi sebuah sistim hukum
                    pertanahan   Adat.   Pengembangan   teori ‘beschikkingsrecht’
                    Van Vollenhoven  itu,  dikembangkan  dan  ditambah  Ter
                    Haar, berdasarkan tata susunan hubungan kekerabatan
                    serta  organisasi sosialnya dalam  mengatur  maupun  menata
                    hubungan penguasaan serta pemanfaatan  tanah yang
                    disebutnya sebagai suatu hubungan hukum (rechtsbetrekkingen).
                       Hubungan  hukum  atas  tanah  itu  menurut  konsepsi
                    hukum  adat,  tidak hanya terjadi antara sesama manusia
                    dengan masnusia, melainkan juga dengan alam roh dalam
                    dunia  supernatural.  Hubungan dengan alam roh di  dunia
                    supernatural itu, diwujudkan dalam bentuk ritual keagamaan
                    adat yang oleh Van Vollenhoven  disebut ‘magisch religiousa
                                                  14
                   14   C. Van Vollenhoven,  Miskeningen van het adatrecht, Leiden: E.J.
   195   196   197   198   199   200   201   202   203   204   205