Page 218 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 218

Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum ....     191


                    bahasa Indonesianya disebut ‘hak milik komunal’
                       Sifal ‘komunal’ atau ‘kebersamaan’ itu, dilukiskan lebih
                    lanjut oleh Supomo  sebagai berikut:
                                     37
                       “Masyarakat tidak dipandang  sebagai badan tersendiri
                       dengan suasana kepentingan sendiri.  Masyarakat
                       bukan suatu kekuasaan, yang berdiri lepas dari
                       manusia  seorang-seorang dan  berhadapan  dengannya.
                       Tidak, individu-individu terutama merasa dirinya satu
                       dengan golongan. Mereka itu mengakui dirinya sebagai
                       bahagian- bahagian dari  keseluruhan dan hidup sesuai
                       dengan itu. Demikian pula masyarakat melihat individu
                       sebagai bagian yang diperkhusus daripadanya.  Jadi,
                       menurut  cara  berpikir  tersebut,  individu  adalah suatu
                       mahluk,   dalam  mana   masyarakat   menghususkan
                       diri. Masyarakat   ialah  keseluruhan   dari   sekalian
                       anggota-anggota  seorang-seorang. Karena itu keinsafan
                       kemasyarakatan dan keinsafan individu bercampur baur.
                       Itulah sebabnya maka  hukum  adat mempunyai   sifat
                       kommunal  (untuk  bersama).  Sudah dalam tahun 1917
                       Van Vollenhoven menunjukkan adanya sifat kommunal
                       ini dalam kehidupan hukum Indonesia.”

                       Jadi baik manusia sebagai individu maupun masyarakat
                    sebagai  persekutuan hukum, senantiasa saling  berinteraksi
                    pengaruh mempengaruhi. Individu adalah mahluk sosial
                    yang senantiasa terikat  menyatu   dengan  masyarakatnya.
                    Sebaliknya masyarakat pun bergantung pada manusia sebagai
                    individu dalam menyelenggarakan kehidupan mereka.
                    Maka tanah dan hak atas tanah,  disediakan  bukan untuk
                    kepentingan individu semata,  melainkan agar  individu dapat
                    mengolahnya bagi  kehidupan bersama dalam   masyarakat.
                    Inilah hakekat dari ‘hak milik bersama’ yang dalam bahasa
                    hukum adat Minangkabau disebut ‘hak  basamo’, dalam
                    masyarakat Jawa disebut ‘nduweke wong akeh’, di Nias disebut
                    ‘okhÖtama  sabua  tanÖ/omo’  (= tanah/rumah   milik   semua
                    orang),  atau  dalam  bahasa  Indonesia disebut ‘milik umum’.
                    Dalam sistim hukum Romawi, disebut ‘public domein’.
                   37   Supomo, Hubungan Individu dan Masyarakat dalam Hukum Adat,
               ibid. hlmn. 11.
   213   214   215   216   217   218   219   220   221   222   223