Page 216 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 216

Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum ....     189


                    ‘agraria’,  diserahkan pada keteguhan serta kepercayaan
                    para  pihak sendiri  untuk  melaksanakan kesepakatan  dan
                    perjanjian mereka.
               18.  Kumpulan  peraturan  hukum  atas tanah  sebagai  benda
                   bergerak atau tidak tetap,  seperti  tampak  dalam  diagram
                   no.  3  (pada  halaman  155)  disebut Hukum Perhutangan
                   (schuldenrecht). Penggolongan  demikian  ini adalah karena
                   dalam  filosofi  hukum  pertanahan  adat,  perbuatan  hukum
                   serta peralihan  hak  atas  tanah  sebagai  benda  bergerak,
                   tidak  harus  disertai dengan pembayaran lunas atau tunai
                   secara serempak atas kekuatan ‘magis’ dari  pembeli  kepada
                   penjual.  Dengan  demikian,   persyaratan   ‘tunai-terang’
                   yang   diharuskan      dalam      ‘perjanjian      tanah’      (grond
                   transakties),   tidak merupakan kemutlakan dalam ‘perjanjian
                   yang ada hubungannya dengan tanah’ (transakties warbij grond
                   betrokken is). Sebab tujuan dan maksudnya, bukanlah untuk
                   perolehan tanah sebagai benda  tetap  dengan  penyerahan
                   hak milik  sebagai harta kekayaan, melainkan hanya untuk
                   mendapatkan hasil  tanah, uang, ataupun tenaga kerja bagi
                   pengolahan tanah, sehingga hasilnya bisa  dinikmati  manusia
                   dan  masyarakat.  Maka  hubungan  hukumnya  pun hanya
                   melahirkan  hak perorangan (persoonlijkrecht), dalam hal ini
                   pertalian hukumnya dengan tanah menjadi terpisah, sehingga
                   disebut juga ‘pemisahan horisontal’ (horizontaal scheiding).
               19.  Asas dan ajaran ‘pemisahan horisontal’ dari hak perorangan
                   itu, dalam hubungannya dengan hak kekuasaan masyarakat
                   hukum (beschikkingsrecht), senantiasa saling  pengaruh
                   mempengaruhi untuk saling memperkuat dan melemahkan
                   tanpa akhir. Ajaran inilah yang membuat Ter Haar
                                                                         35
                   menjelaskannya melalui teori ‘menguncup dan mengembang
                   tanpa akhir’ (inkrimpen  en uitzetten, in een nooit einigende
                   wisselwerking…).  Secara  lengkap,  Ter  Haar  merumuskan
                   teorinya dalam kalimat: “...de wisselwerking van beschikkingsrecht

                   35   B. Ter Haar, Bzn, Beginselen en stelsel van het adat recht, ibid., hlmn.
               55.
   211   212   213   214   215   216   217   218   219   220   221