Page 219 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 219

192     Herman Soesangobeng

            21. Tanah berfungsi sosial:
                    Dari  konsep  milik  bersama  itulah,  lahir  konsep
                 tanah  sebagai benda yang memiliki ‘fungsi sosial’. Artinya
                 tanah tidak boleh dimiliki secara khusus untuk kepentingan
                 diri sendiri ataupun keluarga sendiri, melainkan  dapat
                 juga digunakan  serta dinikmati  orang lain sesama anggota
                 persekutuan hukum adat. Demikian juga sesuai dengan
                 penjelasan Supomo   mengenai   hubungan   individu   dan
                 masyarakat  dalam  hal ini    tanah   disediakan   masyarakat
                 untuk  kemanfaatan   bersama dalam masyarakat, itulah
                 makna dari konsep fungsi sosial dalam hukum adat.
                    Jadi arti dan makna dari fungsi sosial dalam hukum adat
                 adalah untuk kesejahteraan bersama dalam masyarakat.
                 Konsep fungsi sosial itu tidak sama dengan kedermawanan
                 memberikan  tanah, melainkan untuk digunakan bagi
                 kesejahteraan  serta  kemakmuran  bersama warga persekutuan
                 hukum dalam masyarakatnya.

            22.  Hak komunal diperkenalkan pengusaha besar Barat:
                    Karena   itu,  konsep   ‘hak   komunal’   (communaal   recht)
                 yang digunakan  dalam  hukum  adat  oleh  para  penulis
                 Belanda,  harus dipahami dan ditafsir beda dengan konsep
                 ‘communaal recht’ menurut tafsiran  hukum masyarakat
                 Belanda  dan  Eropah  pada  umumnya. Bahkan Pemerintah
                 RI,   dalam    menjawab    pertanyaan    Komisi Tani dalam sidang
                 DPR pada tahun 1951, mengatakan bahwa ‘hak  komunal’
                 seperti yang dikenal di Barat, tidak ada dan tidak dikenal di
                 Indonesia 138. Suatu sanggahan  dan penegasan yang juga
                          38
                 telah dikemukakan  oleh Gonggrijp ,  dengan mengatakan
                                                  39
                 bahwa  konsep ‘hak komunal’ itu diperkenalkan oleh  para
                 pengusaha perusahaan Belanda,  agar  dapat  digunakan  bagi
                 pelaksanaan kerja paksa (corvee) oleh penduduk   pribumi.

                38   Cf.  Rustandi  Ardiwilaga,  Hukum  Agraria  Indonesia,  Jakarta:
            Jambatan, 1962, hlmn. 59.
                39   G. Gonggrijp, “Over de invloed van het Westerse grootbedrijf op
            de inhemse samenleving in Nederland Indie”, Ibid., 1930.
   214   215   216   217   218   219   220   221   222   223   224