Page 215 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 215

188     Herman Soesangobeng

                 maka sesuai dengan   ajaran   hukum   perjanjian   adat,   hanya
                 perbuatan   hukum   yang termasuk ‘perjanjian tanah’ (grond
                 transkatie) saja yang harus mendapatkan bantuan pengesahan
                 oleh pejabat masyarakat dalam Adat. Perbuatan hukum yang
                 termasuk ‘perjanjian yang ada hubungannya dengan tanah’
                 (transakties warbij grond betrokken is), cukup ‘diketahui’ saja oleh
                 kepala masyarakat atau tua-tua adat. Karena perbuatan hukum
                 dalam ‘perjanjian yang ada hubungannya dengan tanah’ itu,
                 objeknya  bukan terhadap penyerahan tanah sebagai benda
                 tetap serta peralihan hak kepemilikannya,  melainkan untuk
                 pengolahan tanah  sebagai benda  tidak  tetap,  agar  hasilnya
                 dapat dinikmati manusia dalam masyarakat. Maka hubungan
                 dalam perbuatan   hukum ‘perjanjian yang ada hubungannya
                 dengan tanah’  itu,  oleh Ter  Haar  dikategorikan  ke  dalam
                 perbuatan ‘hutang’ (schuld betrekkingen) yang  tunduk dalam
                 ‘hukum perhutangan’ (schuldenrecht). Dengan demikian, tidak
                 diperlukan adanya pembayaran ‘tunai’ atas kekuatan magis
                 pembeli  dan  penjual tanah,  dalam  perbuatan  hukum  yang
                 termasuk ‘perjanjian yang ada hubungannya dengan tanah’.
                    Namun kedua  jenis perbuatan hukum  ini,  senantiasa
                 memerlukan saksi. Saksi diperlukan bagi keabsahan perbuatan
                 hukum yang dilakukan. Karena saksi, berfungsi  sebagai
                 simbol ikut serta dan pengakuan masyarakat  atas kebenaran
                 perbuatan hukum yang dilakukan, bahwa perbuatan hukum
                 sudah dilakukan sesuai dengan ketentuan  hukum adat,
                 sehingga dilindungi  oleh masyarakat hukum  adat.  Artinya,
                 perbuatan hukum yang termasuk ‘perjanjian tanah’, yang
                 dilakukan  tanpa saksi  dan diketahui  oleh Kepala Masyarakat,
                 merupakan perbuatan yang tidak dilindungi oleh masyarakat
                 hukum,  sehingga dapat dikatakan sebagai perbuatan yang
                 tidak sah alias illegal. Sedangkan terhadap  ‘perjanjian  yang
                 ada  hubungannya   dengan  tanah’,  yang  secara umum
                 merupakan perjanjian atas hubungan ‘keagrariaan’, tidak harus
                 disaksikan  oleh para  saksi,  tetapi  cukup  diberitahu  kepada
                 para  pejabat masyarakat  hukum.  Karena  legalita perjanjian
   210   211   212   213   214   215   216   217   218   219   220