Page 225 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 225

198     Herman Soesangobeng

                 menjadi dasar ideologi Bangsa dan Negara Indonesia setelah
                 proklamasi  kemerdekaan  pada 17 Agustus 1945  dengan
                 dasar konstitutional UUD 1945.  Meskipun kesepakatan
                 berupa konsensus nasional  sudah menerima bahwa sumber
                 filosofi hukumnya adalah Hukum Adat sehingga  menjadi
                 sumber inspirasi norma hukum seperti ditegaskan dalam
                 Pasal 5 UUPA 1960,  namun pelaksanaanya masih tetap
                 mengacu pada BW/KUHPInd. disertai praktek hukum agraria
                 kolonial Belanda terhadap WNI di  Indonesia.  Karena itu,
                 diperlukan model  penafsiran kembali Hukum Adat dengan
                 penafsiran  baru secara kontemporer, agar dapat digunakan
                 sebagai sumber hukum seperti perintah UUD 1945 dan Pasal
                 5 UUPA 1960.
            2.    Adat dan Hukum Adat:
                    Pengertian  berupa  definisi  adat  dan hukum  adat,  tidak
                 perlu lagi diperdebatkan  untuk menetapkan  definisi artinya
                 yang tepat. Definisi yang dikemukakan Van Vollenhoven
                                                                       1
                 tentang adat sebagai kenyataan perilaku sosial  masyarakat,
                 dan  hukum  adat  adalah  perilaku  sosial  yang  diberikan
                 sanksi hukuman, kiranya sudah cukup menjelaskan perbedaan
                 antara adat dan hukum adat. Tambahan pula, dengan adanya
                 ajaran teori Ter Haar  tentang ‘keputusan’ (beslissingenleer) yang
                                   2
                 dibenarkan Logemann , maka perbedaan antara adat sebagai
                                     3
                 perilaku sosial yang bermakna sopan santun dengan yang
                 berakibat hukum setelah diputuskan oleh kepala-kepala adat
                 atau masyarakat hukum, pun menjadi jelas perbedaannya.
                    Maka peraturan adat yang belum atau tidak diputuskan
                 oleh  kepala adat untuk  diberi  sanksi  (adatreactie)  atas
                 pelanggarannya,  adalah  merupakan adat sebagai peraturan

                1    C.Van Vollenhoven, Miskeningen van het adatrecht:Vier voordrachten
            aan  den  Nederlandsch-Indische Bestuursacademie,  Leiden:  E.J.  Brill,  1909,
            hlmn. 11.
                2    B. Ter Haar. Bzn., Beginselen en stelsel van het adatrecht, ibid. hlmn.
            233, 238.
                3    J.H.A. Logemann,  Over de theorie van den stellig staatsrecht,  ibid.
            hlmn. 41-45.
   220   221   222   223   224   225   226   227   228   229   230