Page 228 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 228

Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum ....     201


                    kolonialisme  bahkan  ajaran-ajaran  agama yang dianut warga
                    masrakat,  pun  tidaklah  berpengaruh menentukan.  Karena
                    pendekatan penerjemahan kembali dengan penafsiran baru
                    ini, bersifat netral dan dibebaskan dari pengaruh nilai-nilai
                    sosial-politik-budaya  maupun hukum asing, kecuali nilai
                    hukum  adat  Indonesia,  Pancasila dan UUD 1945  serta
                    aspirasi  WNI  sebagai  rakyat  Indonesia  yang merdeka  dan
                    beradulat  atas tanah leluhurnya.

               4.    Proses membawa ke dalam pengaruh Hukum Nasional
                   Indonesia:
                       Maka pilihan model  pelembagaan kembali  ke  dalam
                    sistim hukum pertanahan dan keagrariaan  nasional
                    Indonesia,  adalah bukan melalui proses lembaga konversi,
                    melainkan lembaga ‘membawa ke dalam pengaruh Hukum
                    Nasional Indonesia’.  Proses ini,  tidak  bersifat  mencabut
                    dasar filosofi hak-hak maupun kelembagaan hukum adat dari
                    akar sosial budaya ataupun menggantikannya  dengan  alam
                    pikiran  yang  mencerminkan  rasa keadilannya, atas tanah
                    serta hubungan keagrariaan adat. Melainkan dengan arif dan
                    persuasif, mempengaruhi dan membimbing warga   masyarakat
                    sebagai rakyat,  untuk  memahami  dan  menyadari  perlunya
                    mengikuti  dan menerima  hak-hak dengan kelembagaan
                    hukum baru, dan melaksanakan perbuatan hukum yang
                    diatur dalam sistim Hukum Nasional. Proses itu, dipandang
                    tidak akan banyak disanggah apalagi dilawan rakyat, sebab
                    rumusan norma maupun nama lembaga serta perbuatan
                    hukum yang diterapkan, sesuai dengan alam pikiran rakyat
                    dan mencerminkan tuntutan rasa keadilan rakyat yang sudah
                    menjadi WNI dalam persekutuan hukum dan politik NKRI.
                       Sebaliknya melalui lembaga  konversi, akar budaya dari
                    filosofi, asas dan ajaran  hak  maupun  lembaga  hukumnya,
                    dicabut  dan  digantikan  dengan nama jenis hak maupun
                    lembaga hukum  baru yang tidak  dimengerti   oleh rakyat,
                    sebab ia bersumber  pada  filosofi,  asas, ajaran  dan  teori
   223   224   225   226   227   228   229   230   231   232   233