Page 231 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 231

204     Herman Soesangobeng

                 f.  Hak kebendaan lahir karena perjanjian jual beli tanah
                 g.  Hak perorangan lahir karena perjanjian agraria
                 h.  Hak perorangan agraria atas tanah kepunyaan masyarakat
                    hukum
                 i.  Tanah dijadikan objek pajak bumi
                 j.  Konversi hak gogol oleh UUPA 1960
                 k.  Konversi hak-hak lain ciptaan pemerintah Belanda
                 l.  Perumusan hak baru yang masih bersumber pada hak
                    ‘eigendom’ dan ‘domeinverklaring’
                 m. Kedudukan, fungsi dan peranan masyarakat hukum adat
                 n.  Perubahan kedudukan hukum warga masyarakat hukum
                    menjadi WNI Keempatbelas isu di atas ini dipandang
                    merupakan isu-isu pokok yang akan sangat mempengaruhi
                    isi model tafsiran dan bentuk penerjemahannya. Karena
                    itu, keempatbelas isu ini perlu dijelaskan dengan uraian
                    yang membuktikan  perbedaan  antara  bentuk  dan  sifat
                    penerjemahan  serta tafsiran lama,  utamanya  yang
                    diwarnai  oleh  tujuan  olitik  hukum  Hindia  Belanda,
                    dengan yang seharusnya dikembangkan dalam NKRI
                    dengan falsafah Pancasilanya.

            6.  Penerjemahan kembali dengan tafsiran baru alam pikiran
                 ‘berpartisipasi’ (het participerend denken):
                    Alam pikiran  atau cara berpikir  ‘berpartisipasi’  (het
                 participerend denken) yang  oleh  Ter Haar disebut sebagai
                 dasar pikiran bagi tumbuh kembangnya filosofi hukum
                 pertanahan dan keagrariaan  beserta norma-norma  adatnya,
                 perlu  diterjemahkan  kembali  dengan  tafsiran  baru;  karena
                 perubahan serta pertumbuhan masyarakat adat, yang sudah
                 berubah dan berkembang menjadi  satu  Bangsa  dalam
                 Negara  Kesatuan  Republik  Indonesia.  Karena  alam pikiran
                 ‘berpartisipasi’    itu,  tumbuh   dan berkembang   dalam
                 suasana masyarakat  yang  masih  berpikir  sederhana  dalam
                 melihat  hubungan  dan peran manusia dengan tanahnya,
                 sebagai  satu hubungan dialogis  dalam pertalian kosmologi
   226   227   228   229   230   231   232   233   234   235   236