Page 232 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 232

Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum ....     205


                    alam raya (macro cosmos) dengan manusia di bumi sebagai alam
                    kecil  (micro cosmos) yang dihubungkan  oleh kekuatan  gaib
                    roh-roh nenek moyang. Pertalian kosmologi itu memandang
                    manusia,  tanah dan roh-roh nenek moyang merupakan
                    subjek hukum  berjiwa yang saling berinteraksi  pengaruh
                    mempengaruhi lewat dialog ritual  ibadat  penyembahan
                    yang bersifat gaib atau magis, maka ritual itu disebut besifat
                    ‘magis-religius’ (magisch-religeuse). Tujuannya adalah untuk
                    mencapai  keseimbangan lahir dan bathin manusia dalam
                    usaha mewujudkan kesejahteraan, kemakmuran dan keadilan
                    dalam kesatuan hidup bersama yang aman dan tentram.
                       Pertalian  hubungan  interaksi  dialogis  saling  pengaruh
                    mempengaruhi antara manusia dengan tanah itu, oleh Ter
                    Haar dikatakan bersumber pada alam  pikiran  ‘berpartisipasi’
                    (participerend  denken),  dalam hal ini  manusia  dan tanah
                    dipandang   menyatu   tanpa  jarak   (nondistantial).   Sifat
                    pertalian hubungan demikian ini oleh Ter Haar, disebut
                    juga sebagai suatu hubungan hukum (rechtsbetrekkingen) yang
                    kuat, di antara para subjek hukum (rechtsubjecten), sehingga
                    semua perbuatan hukumnya harus dipandang sebagai   satu
                    perbuatan   hukum   (rechtshandeling)   dengan   akibat-akibat
                    hukum tertentu terhadap manusia dan masyarakatnya,
                    bilamana terjadi pelanggaran hukum (onrecht).
                       Hubungan hukum itu, diwujudkan dalam bentuk
                    perbuatan-perbuatan  hukum   yang  dibedakan   antara
                    perjanjian    pemilikan    tanah    dan    perjanjian  dalam
                    hubungan keagrariaan.  Perjanjian pemilikan  tanah disebut
                    ‘perjanjian tanah’  (grond  transakties)  sedangkan  perjanjian
                    dalam  hubungan keagrariaan, disebut ‘perjanjian yang ada
                    hubungannya dengan tanah’ (transakties warbij grond betrokken
                    is). Perjanjian tanah, harus dilakukan dengan   syarat   ‘tunai
                    dan  terang’,   karena   bersifat   mengalihkan   hak kepemilikan
                    dan  menyerahkan  tanah  sebagai  benda  tetap.  Sedangkan
                    perjanjian untuk hubungan keagrariaan  tidak  diperlukan
                    syarat ‘tunai’.  Namun perlu dibuat ‘terang’,  melalui
   227   228   229   230   231   232   233   234   235   236   237