Page 96 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 96

Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum ....     69


                    VOC itu diklaim menjadi  milik  VOC sehingga bebas
                    digunakan, termasuk menjual kepada orang lain yang ingin
                    memilikinya.
                       Penjualan  dimulai  pada 1621, oleh  pejabat VOC kepada
                    orang-orang kaya pedagang yang umumnya didominasi oleh
                    orang Cina dan Arab. Perbuatan jual belinya dilakukan
                    secara tidak  resmi, karena hanya berdasarkan kesepakatan
                    informal, oleh pejabat VOC dengan pembeli. Jadi tidak ada
                    surat bukti jual beli berupa ‘notareel acte van koop en verkoop’.
                    Sebab pada waktu itu, belum ada pejabat  Notaris, maka
                    jual beli dilakukan langsung antara pengurus kongsi dagang
                    VOC, yang dianugrahi kekuasaan memerintah dan memiliki
                    tentara oleh Parlemen Belanda. Meskipun demikian, dasar-
                    dasar hubungan perbuatan jual beli itu dilakukan dengan
                    memenuhi  ketentuan  hukum  perdata  Belanda (Nederlands
                    BW), sesuai dengan perintah ‘Heeren XVII’, tanggal 4 Maret
                    1621 .
                        3
                       Maka berdasarkan S. 1836/19, tanah partikelir  itu dicatat
                    dalam  daftar  catatan  ‘eigendom’ milik  Belanda.  Kemudian
                    dengan S. 1912/442, dipertegas khusus untuk tanah partikelir
                    di sebelah Barat Kali Citarum, supaya dicatat dalam daftar
                    umum pencatatan hak ‘eigendom’ Belanda. Pencatatan hak
                    itu, kemudian berdasarkan S. 1926/421, dinyatakan hanya
                    berlaku untuk jenis tanah dengan hak ‘landerijenbezitsrecht’ atas
                    tanah usaha milik ‘tuan tanah’ (landheer) orang  Timur  Asing,
                    utamanya  orang Cina/Tionghoa. Tanah ‘landerijenbezitsrecht’
                    milik orang Tionghoa itu disebut juga sebagai ‘hak erfpacht
                    abadi’  (eeuwigdurende  erfpacht).  Hak  atas tanah usaha orang
                    Tionghoa yang disebut ‘eewigdurende erfpacht’ itu, dinyatakan
                    sama dengan hak ‘erfpacht’ yang diatur dalam BW/KUHPInd.
                    Jadi merupakan hak kebendaan (zakelijk recht) sehingga dapat

               1609-1848: Dari Zaman Kompeni Sehingga Tahun 1848, Penerbit Jambatan:
               Djakarta, 1955, hlmn. 4
                   3    R. Supomo dan R. Djokosutono,  Sejarah  Politik Hukum Adat
               1609-1848: Dari Zaman Kompeni Sehingga Tahun 1848, Ibid., hlmn. 23
   91   92   93   94   95   96   97   98   99   100   101