Page 97 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 97

70     Herman Soesangobeng

                 dibebani dengan hak hipotik. Maka harus dibukukan secara
                 kadastral Belanda (rechtskadaster), serta dibuatkan surat ukur
                 (meetbrief) oleh pegawai khusus ‘karena jabatan’ (ambtshalve)
                 yaitu  juru  ukur  (landmeeter)  kantor  Kadaster,  secara  cuma-
                 Cuma.  Namun  karena  luasnya  tanah  partikelir  ‘Tegalwaroe
                 Landen’  di sebelah Barat kali Citarum, dan karena kurangnya
                 petugas juru ukur, maka tidak dilakukan pemasangan patok-
                 patok batas serta belum dibuatkan surat ukurnya (meet brief)
                 yang lengkap.
                    Pada waktu izin pembelian tanah itu diberikan, letaknya
                 hanya digambarkan dalam sebuah peta gambar (schetskaart)
                 yang kemudian  digambarkan  juga dalam  peta  ‘rupa  bumi’
                 letak tanah partikelir ‘Tegalwaroe Landen’ itu. Izin lokasi itu
                 diberikan  secara  umum,  tanpa  syarat pemisahan  apakah
                 hanya atas tanah kosong atau di luar kawasan hutan. Karena
                 itu, tanah partikelir yang dibeli dan dikelola  oleh  ‘NV.
                 Maatschappij tot Exploitatie der Tegalwaroe Landen’, seluas
                 ± 55.173 Ha. itu, meliputi tidak hanya tanah kosong, tetapi
                 juga tanah desa yang berpenduduk,  termasuk area hutan.
                 Jadi penetapan luas 55.173 hektar tanah partikelir ‘Tegalwaroe
                 Landen’, adalah hanya  berdasarkan  pernyataan  izin  lokasi,
                 yang  ditetapkan  pemerintah Belanda di Batavia.
                    Sejak 1861,  pemerintah  Belanda, sudah berusaha
                 menghapus lembaga tanah partikelir.  Namun usaha itu
                 tidak  berhasil, karena penghapusan tanah partikelir harus
                 dilakukan dengan cara pembelian kembali melalui pemutusan
                 hubungan keperdataan lewat perbuatan hukum jual beli (koop
                 en verkoop verhandelingen). Sementara  pemerintahan baru
                 Heeren XVII,  tidak  memiliki  cukup dana untuk membeli
                 kembali  tanah-tanah partikelir.  Kemudian  dengan  lahirnya
                 Agrarisch Wet 1870, hasrat penghapusan lembaga tanah
                 partikelir itu, diwujudkan dalam bentuk pelarangan Gubernur
                 Jenderal  (Gouverneur  General) menjual  tanah.  Tetapi  juga
                 tidak berhasil sepenuhnya. Selanjutnya dengan terbentuknya
                 Negara Hindia Belanda dan berlakunya undang-undang
   92   93   94   95   96   97   98   99   100   101   102