Page 67 - Biografi Managam Manurung
P. 67
52 Oloan Sitorus, Dwi Wulan P., Widhiana HP.
pendamping? Menjadi sarjana, bekerja, tinggal di Jakarta,
menjadi pengurus muda mudi di gereja adalah profil Pak
Managam yang sebenarnya memudahkannya untuk menemukan
gadis yang diidealkan. “Sarjana kan masih mahal di tahun 1979,
apalagi di kalangan Batak”, begitulah kenangnya. Sosoknya sebagai
pria bekerja yang mulai mapan adalah satu bekal yang penting
baginya untuk bisa memberikan jaminan kehidupan yang baik
bagi calon pendampingnya kelak. Kepiawaiannya berceramah
dan membuat lelucon di depan umum juga merupakan salah
satu bakat lain yang diakuinya dan sekaligus membuatnya selalu
merasa percaya diri bahwa tidak sulit menemukan gadis yang
akan menyukai ataupun mengaguminya. Namun sayang sekali,
Pak Managam memiliki standar yang cukup tinggi dalam memilih
calon pendamping. Cantik, mancung, tinggi dan berambut pan-
jang, itulah beberapa kriteria calon pendamping ideal. Ego muda-
f
nya masih menempatkan kriteria isik calon pendampingnya
sebagai standar yang paling utama. Standar tinggi inilah yang
membuat pilihan-pilihan yang sebenarnya sudah ada, menjadi
terbatas.
Perjodohan adalah tahap awal Pak Managam dalam mencari
calon pendamping hidup. Beberapa gadis pun mulai dikenalkan.
Namun sayang perjodohan ini pun belum berhasil juga. Bebera-
pa gadis yang diperkenalkan ternyata belum juga mampu
membuat hati Pak Managam tertambat dan beberapa alasannya
pun sangat sederhana, karena kurang cantik. Jadilah cerita-cerita
perjodohan itu berlalu begitu saja tanpa menyisakan kenangan
mendalam. Sampai akhirnya barulah disadari jodoh pilihan
Tuhan itu tidak pernah jauh darinya. Semuanya berawal dari
sepotong roti dan selai. Pak Managam yang ketika itu sedang
sakit, mendapat kunjungan tak terduga dari seorang gadis