Page 62 - Biografi Managam Manurung
P. 62
Managam Manurung: Sestama BPN RI ... 47
Managam muda selama menuntut ilmu di Palembang. Pesan
dari kedua orang tuanya adalah menjual cincin sedikit-sedikit
apabila memerlukan biaya.
Tinggal bersama tulang yang termasuk orang yang hidup
sederhana, semakin menyalakan semangat Managam muda yang
sejak kecil selalu terbiasa hidup mandiri dan segan meminta.
Semangat kemandirian Managam muda kembali tertantang.
Sambil kuliah, Managam muda pun membuka warung. Sepulang
kuliah, Managam muda memanfaatkan waktu berbelanja keper-
luan warung di pasar, antara lain di Pasar Cinde dan Pasar Sono.
Dengan adanya warung ini, Managam muda pun harus benar-
benar membagi waktu antara berjualan dan belajar. 2
Tahun pertama dan kedua dilewati Managam muda dengan
lancar. Belajar dan bekerja di warung, keduanya bisa berjalan
bersamaan. Sambil berjualan, Managam muda tetap bisa belajar
dengan baik. Semua kuliah selalu disalin dengan rapi dan
rutinitas membaca tetap bisa dilakukan. Satu tahun berlalu dan
kuliah Managam muda pun mulai terhambat dengan kemalasan-
kemalasan yang muncul karena kesibukan berjualan di warung.
Managam muda tidak lagi rajin menyalin kuliahnya. Tidak ada
lagi buku-buku yang penuh dengan barisan tulisannya yang rapi.
Semua serba ala kadarnya, tulisan mulai tidak bagus sampai
akhirnya tidak ada lagi yang disalin. Tidak hanya malas menyalin
kuliah, Managam muda pun mulai malas membaca buku. Pada
2 Selain menjaga warung, untuk bertahan hidup Managam muda juga berkuliah
sambil membantu menjaga gereja. Di masa kuliah ini pula Managam muda harus
menghadapi kenyataan kehilangan ayahnya yang ketika itu berusia 56 tahun, sehingga
mengharuskan ibunya menjadi kepala rumah tangga yang harus mengurus 5 anaknya.
Pada saat ayahnya meninggal inilah, Managam muda tidak sempat melihat karena
sedang mengikuti ujian semester.