Page 206 - Penataan dan Pengelolaan Pertanahan yang Mensejahterakan Masyarakat (Hasil Penelitian Strategis PPPM STPN 2014)
P. 206

PPPM - STPN Yogyakarta              Penataan dan Pengelolaan Pertanahan yang Mensejahterakan Masyarakat

 Penertiban  dan  Pendayagunaan  Tanah  Terlantar.  Peraturan   memberitahukan  dan  sekaligus  memberikan  peringatan  tertulis
 Pemerintah Nomor 36 Tahun 1998 tentang Penertiban dan Pendaya-  pertama kepada pemegang hak. Jangka waktu peringatan pertama
 gunaan  Tanah  Terlantar  sudah  tidak  mampu  mengakomodir   adalah 1 (satu) bulan. Apabila pemegang hak tidak mengindahkan
 ketentuan-ketentuan terkait dengan tanah terlantar sehingga perlu   peringatan  pertama  maka  diberikan  peringatan  kedua  dengan
 disesuaikan  dengan  peraturan  yang  baru,  sehingga  terbitlah   jangka waktu yang sama dengan peringatan pertama yaitu 1 (satu)
 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penertiban   bulan. Apabila pemegang hak tetap tidak mengindahkan peringatan
 dan  Pendayagunaan  Tanah  Terlantar.  Berdasarkan  Pasal  2   kedua, maka diberikan peringatan ketiga dengan jangka waktu yang
 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penertiban   sama  dengan  peringatan  kedua  dan  peringatan  ketiga  tersebut
 dan Pendayagunaan Tanah Terlantar (selanjutnya disebut dengan   sekaligus dilaporkan Kepala Kantor Wilayah kepada Kepala BPN.

 PP  11  Tahun  2010)  menyatakan  bahwa  objek  penertiban  tanah   Apabila  di  atas  tanah  tersebut  terdapat  hak  tanggungan  maka
 terlantar  meliputi  tanah  yang  sudah  diberikan  hak  oleh  Negara   peringatan  tersebut  disampaikan  juga  kepada  pemegang  hak
 berupa hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai   tanggungan.
 dan hak pengelolaan, atau dasar penguasaan atas tanah yang tidak   Selanjutnya jika pemegang hak tetap tidak mengindahkannya
 diusahakan,  tidak  dipergunakan,  atau  tidak  dimanfaatkan  sesuai   setelah jangka waktunya habis maka Kepala Kantor Wilayah meng-
 dengan  keadaan  atau  sifat  dan  tujuan  pemberian  hak  atau  dasar   usulkan  kepada  Kepala  BPN  untuk  menetapkan  tanah  yang  ber-
 peguasaannya.   sangkutan sebagai tanah terlantar. Setalah diusulkan oleh Kepala

 Tata  cara  penertiban  tanah  terlantar  diatur  dalam  Pasal  4   Kantor Wilayah sampai dengan ditetapkannya tanah tersebut men-
 sampai dengan Pasal 14 PP 11 Tahun 2010. Tata cara penertiban   jadi tanah terlantar oleh Kepala BPN maka status tanahnya menjadi
 tanah terlantar diawali dengan kegiatan  identifikasi dan penelitian.   status  quo.  Kemudian  tanah  tersebut  ditetapkan  sebagai  tanah
 Kegiatan identifikasi dan penelitian dilaksanakan oleh Panitia yang   terlantar oleh Kepala BPN. Selanjutnya tanah yang bersangkutan
 disebut dengan Panitia C. Dasar untuk melaksanakan identifikasi   menjadi  tanah  yang  langsung  dikuasai  oleh  Negara.  Tanah  yang
 dan  penelitian  dalah  data  tanah  yang  terindikasi  terlantar  yang   telah  ditetapkan  sebagai  tanah  terlantar,  dalam  jangka  waktu
 telah disiapkan oleh Kepala Kantor Wilayah. Kegiatan identifikasi   maksimal 1 tahun wajib dikosongkan oleh bekas pemegang haknya.
 dan penelitian dilaksanakan 3 tahun terhitung sejak diterbitkan hak
 atas  tanah  atau  sejak  berakhirnya  iizin/keputusan/surat  dasar   D.  Hukum Acara Perdata di Indonesia

 penguasa an  tanah.  Identifikasi  dan  penelitian  tanah  terlantar
 meliputi: nama dan alamat pemegang hak, letak, luas, status hak   Mertokusumo  mendefinisikan  hukum  acara  perdata  sebagai  per-
 atau dasar penguasaan tanah dan keadaan fisik tanah, dan keadaan   aturan  hukum  yang  mengatur  bagaimana  caranya  menjamin
                                                                                9
 yang  mengakibatkan  tanahnya  menjadi  terlantar.  Hasil  dari   ditaatinya  hukum  perdata  materiil  dengan  perantaraan  hakim.
 kegiatan  tersebut  adalah  laporan  hasil  identifikasi  dan  penelitian   Asas hukum acara perdata antara lain: 1) hakim bersifat menunggu
 dan Berita Acara yang disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah.   2)  hakim  bersifat  pasif  3)  peradilan  terbuka  untuk  umum  4)
 Tahapan selanjutnya adalah jika kesimpulan dari laporan me-
               9   Sudikno  Mertokusumo,  Hukum  Acara  Perdata  Indonesia  Edisi  Kedelapan,
 nyata kan merupakan tanah terlantar maka Kepala Kantor Wilayah   (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2009), halaman 2

 204                                                                         205
   201   202   203   204   205   206   207   208   209   210   211