Page 104 - Penegakan Hukum Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar
P. 104

8 ayat (2) huruf (c) Perkaban No. 4 Tahun 2010, diperoleh fakta hukum,
            bahwa  sebelum  melakukan  identifikasi  serta  penyelidikan  terhadap
            tanah Sertipikat HGU No. 05 Tanggal 20 Juli 2001, luas 8.119,25
            hektar, sehingga proses penerbitan  sengketa menjadi cacat prosedural,
            maka  sengketa harus dinyatakan batal serta mewajibkan tergugat untuk
            mencabutnya.
                   Ditingkat banding dengan Putusan No. 02/B/2014/PT.TUN.
            JKT, membatalkan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta No.
            71/G/2013PTUN.JKT dan diperkuat dengan Putusan Tingkat Kasasi
            dengan Putusan No 409 K/TUN/2014, tanggal 20 November 2014
            tidak dapat dipertahankan dan harus dibatalkan. Namun ditingkat
            Peninjauan  Kembali  No.  No.  126  PK/TUN/2016  mengkuatkan
            Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta No. 71/G/2013/PTUN.
            JKT, amar putusannya menyatakan batal dan mencabut Surat Keputusan
            Penetapan Tanah Terlantar No. 60/PTT-HGU/BPN RI/2013, tentang
            Penetapan Tanah Terlantar yang berasal dari HGU 05/Bangka atas nama
            PT. Swarna Nusa Sentosa, karena tidak memenuhi persyaratan yang
            ditentukan dalam peraturan perundang-undangan, oleh karena itu cacat
            hukum dalam hal prosedural dan harus dibatalkan.

            D.  Pembatalan Keputusan Penetapan Tanah Terlantar Dengan
                Alasan Cacat Yuridis dalam Aspek Subtansi

            1.  Kasus HGB PT Sinar Waluyo
                 Sengketa dalam gugatan ini adalah Keputusan Kepala BPN No.
            72 dan 15/PTT-HGB/BPN RI/2014 tentang Penetapan Tanah Terlantar
            yang Berasal dari HGB No. 10/Tondo dan No. 09/Tondo atas nama PT.
            Sinar Waluyo terletak di Kelurahan Tondo, Kecamatan Palu Timur, Kota
            Palu, Provinsi Sulawesi Tengah.
                 Penggugat mendalilkan, secara materiil tidak dapat dikategorikan
            sebagai obyek tanah terlantar, karena: Pertama, sudah mengusahakan dan
            memanfaatkan bidang-bidang tanah HGB miliknya dengan bukti telah
            memperoleh ijin lokasi dan site plan/rencana tapak pada Tahun 2008
            yang telah mendapatkan persetujuan dari Walikota Palu berikut intansi-
            instansi  yang  berwenang;  Kedua,  Penggugat  tidak  dapat  melanjutkan



                      BAB IV     Pembatalan Keputusan Penetapan Tanah Terlantar Dan Akibat Hukumnya  87
   99   100   101   102   103   104   105   106   107   108   109