Page 90 - Konsolidasi Tanah, Tata Ruang dan Ketahanan Nasional
P. 90
76 Oloan Sitorus
yang berbatasan langsung dengan wilayah perairan Negara
tetangga.
Wilayah-wilayah perbatasan Indonesia dengan Negara
lain, baik darat maupun laut menambah kesulitan dalam
pertahanan dan keamanan. Fakta demikian seyogianya
mendorong percepatan pengembangan wilayah perbatasan.
Percepatan itu juga dapat dilakukan dengan KT, sehingga
menjadi bentang lahan atau wilayah yang dipercepat
implementasi tata ruangnya. Dengan percepatan itu, wilayah-
wilayah perbatasan yang menjadi “halaman depan Negara
kita” berhadapan dengan Negara lain akan lebih terdukung
pengembangannya.
Kondisi Indonesia yang berada pada ring of fire
adalah potensi ancaman tersendiri dalam pertahanan dan
keamanan. Hampir semua kawasan gunung api di Indonesia
telah mempunyai penduduk di sekitarnya, hidup bergaul
dengan gunung api itu. Sebagai contoh, Gunung Merapi di
D.I. Yogyakarta yang memiliki “jadwal” erupsi dalam siklus
4-5 tahun tetap tidak bisa menghentikan penduduk untuk
menguasai dan menggarap tanah di Kawasan Rawan Merapi
itu. Oleh karena itu, ketika terjadi erupsi Merapi yang dahsyat
tahun 2010, yang merusak banyak Kawasan Rawan Bahaya
III (KRB III), baru muncul ketegasan Pihak Pemerintah DI
Yogyakarta untuk membangun permukiman bagi terkena
dampak letusan Merapi 2010 yang lebih jauh dari KRB III itu.
KRB III akhirnya ditata kembali dengan KT pada tahun 2014.
Melakukan penataan wilayah pegunungan dengan KT
dengan alasan pertahanan keamanan juga pernah dialami