Page 62 - Kondisi dan Perubahan Agraria di Ngandagan
P. 62
Kondisi dan Perubahan Agraria Desa Ngandagan ...
4
pada tahun 50-an telah kuliah di Yogyakarta. Sayang-
nya, anaknya itu meninggal secara tragis, yakni diram-
pok dengan tindak kekerasan. Hal ini membuat Soemo-
tirto terguncang beberapa saat.
Bidang pendidikan mendapat perhatian serius bagi
Somotirto. Sekolah Dasar di Ngandagan yang saat ini
telah menjadi sekolah negeri (SDN), dibangun pada
masanya, tepatnya tahun 1954. Pembangunannya di atas
tanah pribadi Soemotirto yang diwakafkannya. Desain
dan sketsanya dibuat sendiri olehnya, yang konon ketika
menunjukkan ke para tukang, ia menggambarnya dengan
kaki di atas tanah sambil menunjuk-nunjuk. Bahan mate-
rialnya diperoleh dari lingkungan sekitar: batu gamping
dibuat sendiri oleh penduduk dengan membakar batu-
batu dari bukit; batu sungai sebagai fondasi diperoleh
secara urunan sebagai ganti zakat fitrah (bukan beras!);
demikian juga pasir. Bangunan itu tidak menggunakan
semen, namun dari bata merah yang ditumbuk halus oleh
perempuan-perempuan tua-muda Ngandagan. Laki-laki
4 Menurut keterangan warga, Soemotirto hanya memiliki satu
anak kandung, yakni laki-laki, dari istri yang ada di Ngandagan (istri
sah). Dalam skripsinya, Gunawan Wiradi menyebut seseorang yang
bernama Tirtosumo adalah menantu Soemotirto. Dia adalah orang kaya
di desa dan menjadi pendudkung utama kebijakan Soemotirto atas
redistribusi tanah kulian. Gunawan Wiradi, op.cit., hlm. 184-185.
Soekatmo yang saat ini masih hidup adalah anak angkatnya. Sejauh
yang diperoleh dalam penelitian ini, nama Tirtosumo ini tidak pernah
muncul dalam cerita, termasuk dalam pembicaraan dengan Soekatmo.
41