Page 63 - Kondisi dan Perubahan Agraria di Ngandagan
P. 63
Ahmad Nashih Luthfi dkk.
pekerja adalah mereka para blandong dan yang mendapat
sawah buruhan. Pembangunan sekolah ini disokong oleh
4 desa sekitarnya: Karanganyar, Wonosari, Kapiteran,
dan Karangkotes. Sebagian bahan disumbang oleh desa-
desa itu, demikian juga murid-muridnya pada periode
50-60-an. Atas inisiatif dan koordinasinya terhadap
beberapa desa dalam pembangunan sekolah inilah, yang
kemudian tersematkan kepadanya julukan “mbah
glondong”, atau “lurahe lurah”.
Pada masanya pula penduduk Ngandagan yang
umumnya tidak mampu dijodohkan dan dinikahkan. Ada
40 orang pasangan dinikahkan dan kemudian diberi
tanah buruhan. Biaya pernikahan massal itu ditanggung
bersama-sama oleh penduduk lainnya. Kemudian, diada-
kan pentas kesenian seperti wayang orang dan tari-tarian.
Pada masanya, kesenian rakyat memang tumbuh subur
dan cukup mendapat perhatiannya.
Ketokohan Soemotirto ada kaitannya dengan latar
belakang pendidikan dan pengalamannya. Ia adalah
lulusan MULO pada zaman Belanda. Dia berpengalaman
dalam dunia pergerakan, menjadi anggota Sarekat Islam
(SI) yang ketika pecah menjadi SI Puith dan SI Merah
5
(komunis) ia lebih memilih SI Merah. Sebelum pulang
kembali ke Wonosari, semula ia berada di Sumatera
bekerja sebagai “kuli kontrak”. Karena sepak terjangnya
5 Gunawan Wiradi, op.cit., hlm. 161-162.
42