Page 110 - Gerakan-gerakan Agraria Transnasional
P. 110
GERAKAN AGRARIA TRANSNASIONAL
ganda” melalui ikatan sosial yang terkait dengan isu warga
negara yang muncul pertengahan abad kedua puluh.
Meskipun visi Polanyi terbentuk dalam istilah negara-
sentris pada waktu itu, namun visi itu menekankan masalah
reproduksi sosial yang terabaikan dengan logika akumulasi
modal. Selain itu, daya tarik konsep Robert Owen tentang
kooperasi yang menekankan relasi material yang terikat
secara sosial (socially-embedded material relations),
memberikan konsep tandingan terhadap subjektivitas lib-
eral tentang ‘ekonomi untuk kepentingan pribadi’.
Gerakan kedaulatan pangan sebenarnya juga dapat
membuat klaim serupa, yaitu bahwa proyek neoliberal telah
membentuk sebuah ‘pasar yang mengatur dirinya sendiri
(self-regulating market)’ dalam skala global dengan
melingkungi (enclose) masalah reproduksi sosial dengan
legitimasi retorika seperti ‘memberi makan dunia’. Dengan
kata lain, dalam era di mana pasar—-bukan negara—-yang
mengorganisir prinsip itu semua, sehingga reproduksi sosial
muncul sebagai fungsi pasar. WTO memainkan peran
sebagai bidan dalam proyek ini, dia mengelola sistem
perdagangan yang dibentuk untuk ’Ketahanan pangan’
melalui akses pasar. Namun, gerakan kedaulatan pangan
berpendapat sebaliknya bahwa “keluarga petani dan petani
yang memproduksi keperluan rumah tangga bertanggung
jawab untuk sekitar 90% dari produksi pangan dunia,
bahkan banyak dari produksi mereka yang tidak melewati
42
pasar” (People’s Food Sovereignty 2003). Dengan
demikian, reproduksi sosial melalui pasar dunia tidak
efektif dan bahkan itu semua mengizinkan kekerasan yang
terus-menerus terhadap bentuk reproduksi sosial, serta
42 Menurut McCalla (1999) sekitar 90% dari konsumsi pangan dunia
yang diproduksi; sementara masyarakat kota bergantung pada pasar
hampir di seluruh konsumsi pangan mereka, populasi desa
menkonsumsi 60 persen dari makanan yang mereka produksi.
96