Page 280 - Gerakan-gerakan Agraria Transnasional
P. 280
GERAKAN AGRARIA TRANSNASIONAL
negeri untuk membentuk Majelis Rakyat Tak Bertanah.
Lima ribu delegasi dari LPM bergabung dengan 25.000
anggota dari Social Movement Indaba/Gerakan Sosial
Indaba (sebuah organisasi payung bagi gerakan sosial
Afrika Selatan yang dibentuk untuk memupuk solidaritas
di antara akarrumput yang bekerja dan berkampanye untuk
isu-isu serupa) untuk bergerak bersama menentang kebi-
jakan yang cenderung neoliberal dari pemerintah Afrika
Selatan. Komentar-komentar Mangaliso merefleksikan
sentimen yang transparan, mulai dari kekecewaan yang
umum terhadap pemerintah Afrika Selatan dan kelamban-
an land reform: “tak ada hasilnya land reform di Afrika
Selatan”, hingga kejengkelan yang tampak jelas, “orang
kulit hitam, mereka tidak punya hak di Afrika Selatan.
Mereka tidak punya hak. Hanya di atas kertas mereka
mengatakan kami memiliki hak”.
Pada tanggal 11 Juni 2007, kami mewawancara Ri-
cardo Jacobs, seorang anggota staff Surplus People’s Project
(SPP/Proyek Rakyat Surplus). Saat ini, SPP mengadvokasi
mobilisasi pedesaan dan reforma agraria. Ricardo telah
bersama SPP selama bertahun-tahun dan juga adalah
seorang anggota National Land Committee (NLC/Komite
Tanah Nasional), instrumen organisasi dalam pendirian
LPM. Ricardo, yang mengaku aktivis dan menyatakan
bahwa bahkan setelah pembubaran NLC kemudian
mendampingi sebagai seorang dewan penasihat, mengor-
ganisir pendidikan politik untuk para pemilih dari LPM.
Ketika ditanya tentang situasi LPM saat ini, dia menjawab
bahwa karena lambannya langkah land reform, situasi
politiknya masih memungkinkan bagi berkembangnya
gerakan kaum tak bertanah dan bahwa sejak 1994 tuntutan
kaum miskin belum terpenuhi, khususnya di daerah
pedesaan. Dia menghubungkan situasi ini dengan restruk-
turisasi pertanian neoliberal dan pilihan pemerintah Afrika
Selatan untuk menjalankan Market-Led Agrarian Reform
266