Page 275 - Gerakan-gerakan Agraria Transnasional
P. 275

Mobilisasi yang Lamban

               mata pencaharian menjadi buruh pedesaan dan per-
               tambangan (Ntsebeza 2007). 129
                    Penduduk pedesaan di Afrika Selatan saat ini masih
               terus dibedakan secara ekonomi dalam kelompok-
               kelompok yang dilokalisasi berdasarkan bidang-bidang
               strategi mata pencaharian yang meliputi: pertanian,
               migrasi, buruh pertanian, jasa pengiriman uang, pegawai
               sektor formal, pensiunan, dan perusahaan-perusahaan kecil
               (Cousins 2006). Karena itu, beberapa peneliti berpendapat
               bahwa pertanyaan-pertanyan tentang agraria di Afrika
               Selatan harus di “lepas hubungan” nya dengan pertanian
               dan dihubungkan dengan berbagai tuntutan yang lebih luas
               cakupannya (Hart 1996, 269; Cousins 2006). Masyarakat
               tidak bisa begitu saja dikategorikan dalam pekerja atau
               petani – atau bahkan kombinasi antara keduanya – namun,
               seperti yang telah ditunjukkan secara umum oleh Henry
               Bernstein kepada Global South, mereka dipaksa untuk
               menghidupi diri ‘lintas pembagian sosial buruh yang
               berbeda: perkotaan dan pedesaan, pertanian dan non-
               pertanian, pekerja yang diupah dan pekerja wiraswasta’
               (Bernstein 2004, 205).
                    Sekarang, 13 tahun setelah keruntuhan Apartheid,
               pertanyaan tentang tanah di Afrika Selatan masih menjadi
               masalah yang kritis. Realitas kepemilikan dan penguasaan
               tanah pun masih dipengaruhi batas-batas antar ras. Pera-
               turan perundangan tentang land reform masih dilihat
               sebagai salah satu metode menyeimbangkan ketidakmera-
               taan Apartheid, termasuk soal masyarakat yang sebelum-
               nya termarjinalisasi dalam “Negara Pelangi” Afrika Sela-


               129  Di tahun 80-an, kepadatan penduduk asli rata-rata 151 orang
                  perkilometer persegi, bandingkan dengan 19 orang perkilometer
                  persegi di wilayah Afrika Selatan lain. Saat Afrika Selatan Putih
                  surplus lahan pemukiman, wilayah Hitam mengalami defisit lahan
                  pemukiman (Thwala 2006).


                                                                  261
   270   271   272   273   274   275   276   277   278   279   280