Page 274 - Gerakan-gerakan Agraria Transnasional
P. 274
GERAKAN AGRARIA TRANSNASIONAL
1946, yang mengidentifikasi bangsa Afrika mana yang
diizinkan tinggal di wilayah perkotaan selama lebih dari
72 jam, membuat buku tamu untuk mencatat dan memo-
nitor pergerakan Afrika Selatan Kulit Hitam ke dalam kota-
kota. Pemisahan ini dipertegas di tahun 1948 saat Partai
Nasional meraih kekuasaan dan membuat Sistem Home-
land. Sistem Homeland ini terdiri dari 10 teritori yang
memisahkan penduduk Kulit Hitam sesuai dengan
kesukuannya. Harapannya teritori ini dapat berlaku sebagai
bangsa Afrika yang potensial. Native Laws Amendment
Act (Amandemen Undang-Undang Hukum Penduduk
Asli) yang baru pada tahun 1957 mengendalikan rekrutmen
dan pergerakan pekerja Kulit Hitam dengan ketat mulai
dari penampungan-penampungan di pedesaan sampai
pegawai-pegawai perkotaan di ‘Afrika Selatan Kulit Putih’.
Cousins (2006) berpendapat bahwa ‘penurunan
petani’ di Afrika Selatan memang disengaja dan merupakan
bagian tak terpisahkan dari kebijakan segregasionis dan
Apartheid yang berlangsung selama abad dua puluh.
Disengaja maupun tidak, pertanian subsisten di kalangan
rakyat pedesaan semakin jarang ditemukan sebagai sumber
kehidupan dan rakyat di penampungan semakin dipaksa
untuk bergantung pada kerja-kerja non-agrikultur. Antara
tahun 60-an hingga 80-an, situasi semakin memburuk
ketika 1,75 juta rakyat pedesaan direlokasi dan dikeluarkan
terutama dari pertanian-pertanian Kulit Putih (65 persen)
dan lahan bebas milik bangsa Afrika (35 persen). Kondisi
ini menghapus persewaan tenaga kerja dan para pemukim
liar secara efektif (Hart 2002, 89). Meskipun 70 persen
masyarakat di pemukiman pedesaan memiliki akses atas
tanah, 50 persen lebih dari mereka hanya memiliki akses
atas tanah kurang dari satu hektar. Ini memperlemah
pertanian subsistensi dan memperkuat strategi mencari
260