Page 67 - Gerakan-gerakan Agraria Transnasional
P. 67
Gerakan Agraria Transnasional
rakan. Hal ini terjadi ketika posisi representatif yang
diadopsi oleh gerakan yang lebih luas yang mengakui
keabsahan politik mereka dan nilai-nilai untuk mengorga-
nisir dan memperkuat gerakan agraria transnasional. Kasus
semacam itu terjadi dalam organisasi petani menengah dan
kaya KRRS dan agitasi dan mobilisasinya tentang anti-
koorporasi transnasional dan anti-benih hasil rekayasa ge-
netik (lihat diskusi oleh Scoones dan oleh Borras, buku ini).
Lensa analisis kelas juga berguna untuk memeriksa
sifat dan orientasi berbagai gerakan. Sebagaimana Peluso,
Afiff dan Fauzi memaparkan (dalam buku ini) tentang
aktivis lingkungan dan gerakan agraria di Indonesia yang
berjejaring, dan menerima pengaruh dari jaringan
transnasional. Komposisi kelas dari gerakan ini merupakan
faktor utama dalam bagaimana jejaring ini membangun
kekuatan di luar. Sebelumnya, gelombang gerakan agraria
di tahun 1950-an dan 1960-an memiliki basis yang kuat di
kalangan petani miskin yang menuntut tanah, yang
kemudian dihancurkan dengan kekerasan oleh militer. Apa
yang akan kemudian muncul adalah gerakan lingkungan
yang buta-kelas. Sementara itu gerakan ini juga dibatasi
oleh rezim Soeharto, bahkan dari permulaan hingga
pertengahan tahun 1980-an yang merupakan masa penting
di bagi organisasi masyarakat sipil yang berorientasi
pedesaan di Indonesia yang terkait dengan jaringan
internasional. Meskipun gerakan ini tidak memandang
penting politik ekonomi dari hak kepemilikan atas tanah,
yang banyak terjadi pada tahun-tahun awal tetapi kemudian
selalu ditundukkan oleh orientasi keadilan lingkungan.
Pada awal hingga pertengahan 1990-an, aktivis yang berori-
entasi pada keadilan lingkungan membuat aliansi dengan
aktivis agraria dan kelompok masyarakat adat. Isu yang
berorientasi kelas dalam redistribusi tanah itu kemu-
dian diambil oleh gerakan agraria nasional yang bangkit
53