Page 38 - Relasi Kuasa: Dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan
P. 38
Relasi Kuasa dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan 29
desa yang merangkap sebagai Ketua Gabungan Kelompok Tani Desa
Prigelan dan ketua kelompok tani ini justru memiliki kedudukan
sosial yang tinggi di masyarakat Desa Prigelan.
Pemilik peran ganda ini dipandang mampu mempertemukan
kepentingan para petani dengan kepentingan Pemerintah Desa
Prigelan. Kemampuan ini diperlukan terutama untuk mengatasi
persoalan para petani saat menjalankan profesinya, seperti adanya
petani (masyarakat desa) yang tidak dapat hanya menerapkan
salah satu jenis livelihood, melainkan menerapkan gabungan dari
beberapa jenis livelihood. Sebagai contoh, karena livelihood on-
farm gagal memenuhi kebutuhan keluarga, maka terbuka peluang
memadukan livelihood on-farm dengan livelihood off-farm atau
dengan livelihood non-farm. Dengan kata lain, livelihood non-farm
merupakan livelihood yang ditetapkan karena livelihood on-farm
dan off-farm tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan. Hal ini juga
berarti livelihood non-farm merupakan solusi ketika livelihood on-
farm dan off-farm belum mampu memberi kesejahteraan. Sementara
itu, livelihood off-farm merupakan solusi ketika livelihood on-farm
gagal memberi kesejahteraan.
Positioning perangkat desa yang dapat menjamin pencapaian
tujuan strategi pertanahan, nampak pada jabatan mereka yang
berkaitan dengan petani, seperti: Pertama, Sutrisno, yang menjabat
Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat pada Pemerintah Desa
Prigelan, memiliki jabatan yang berkaitan dengan petani, yaitu
Ketua Gabungan Kelompok Tani “Mekar Sari” Desa Prigelan. Kedua,
Sudarmono, yang menjabat Kepala Dusun Krajan Kulon pada
Pemerintah Desa Prigelan, memiliki jabatan yang berkaitan dengan
petani, yaitu: (1) Ketua Kelompok Tani “Karya Tani II”, dan (2) Ketua
Kelompok Tani Ternak “Subur Makmur”.