Page 36 - Relasi Kuasa: Dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan
P. 36
Relasi Kuasa dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan 27
Kesadaran petani di Desa Prigelan tentang “farm”, akhirnya
membawa Gabungan Kelompok Tani Desa Prigelan, serta kelompok
tani, dan petani di desa ini pada posisi menerima kehadiran strategi
pertanahan. Hal ini membuka kesempatan untuk melakukan
berbagai usaha yang ditujukan bagi pencapaian kesejahteraan.
Para petani Desa Prigelan yang telah memiliki budaya tani sawah
cukup lama, dapat bertahan atas gempuran pengaruh yang timbul
akibat kontaknya dengan “dunia luar”. Hal ini dibuktikan oleh masih
dipertahankannya strategi pertanahan sebagai pranata sosial, tradisi,
dan budaya petani. Meskipun untuk itu, Pemerintah Desa Prigelan
harus “memainkan” power over relation, agar strategi pertanahan
dapat berperan sebagai instrumen pencapai tujuan.
Sebagai instrumen pencapai tujuan, maka strategi pertanahan
perlu didukung oleh pelaksanaan power over relation, sehingga:
(1) segenap elemen di Desa Prigelan dapat mendukung pengadaan
alat pertanian dan pupuk yang dibutuhkan para petani; (2) segenap
elemen di Desa Prigelan dapat mendukung penetapan tanaman
pangan berupa padi dan kedelai, sebagai tanaman utama; (3)
segenap elemen di Desa Prigelan dapat mendukung pemanfaatan
jasa penunjang pertanian seperti transportasi dan pemasaran.
Urgensi power over relation semakin nyata, ketika diketahui
bahwa bagi Pemerintah Desa Prigelan kekuasaan merupakan
kemampuan untuk mendukung visi dan misi Desa Prigelan tahun
2012 – 2017, dan mendukung tujuan strategi pertanahan. Untuk
menjamin pencapaian tujuan strategi pertanahan, Kepala Desa
Prigelan yang merupakan personifikasi Pemerintah Desa Prigelan,
sangat berkepentingan atas positioning para perangkat desa pada
jabatan yang berkaitan dengan petani, misal: Ketua Gabungan
Kelompok Tani Desa Prigelan, dan ketua kelompok tani. Meskipun
tidak melakukan intervensi atas pemilihan Ketua Gabungan